HASIL KAJIAN RISIKO BENCANA DI DESA BAGIK MANIS KECAMATAN SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

 

LAPORAN

HASIL KAJIAN RISIKO BENCANA

DI DESA BAGIK MANIS KECAMATAN SAMBELIA

KABUPATEN LOMBOK TIMUR

 

 

 

 

 

 

Difasilitasi oleh:

TIM BPBD LOMBOK TIMUR DAN TIM LPSDM

 

 

 

 

 

 

 

 

Kajian ini dapat terlaksana atas kerjasama antara:

Pemerintah Desa Madayin,

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Lombok Timur,

Lembaga Pengembangan Sumber Daya Mitra, Lombok Timur

dan World Neighbors


 

Pengantar

 

Kajian Risiko Bencana telah dilakukan di Desa Bagik Manis  Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur pada tanggal 10 – 11 Nopember 2017

Kajian ini   menggunakan beberapa teknik dan metode, yaitu: Alur Sejarah Bencana,  Kalender Musim, Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi Bencana, dan Analisis Risiko Bencana. Jumlah peserta dari masyarakat yang hadir dalam kajian resiko bencana ini 19 orang ( 16 orang laki-laki dan 3 orang perempuan) yang mewakili masyarakat , serta tokoh-tokoh masyarakat (tokoh agama, pemuda, dan wanita).

Sebelum kajian dimulai, fasilitator memberikan pemahaman tentang perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Masyarakat diajak berdiskusi tentang factor iklim, pemanasan global, gas rumah kaca,praktek-praktek masyarakat yang menyebabkan perubahan iklim dan  dampak perubahan iklim. Melalui pemahaman inimasyarakat mudah menemu kenali bencana-bencana yang dirasakan. Bahkan masyarakat menyadari bahwa bencana yang dirasakan selama ini sebagian besar disebabkan oleh mereka sendiri

Mengawali diskusi , fasilitator mengajak peserta untuk mengkaji  mengenai  alur Sejarah Bencana

Hasil diskusi Alur Sejarah teridentifikasi 6 jenis bencana penting yang pernah terjadi di Desa Bagik Manis . Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya becana tersebut untuk dikaji lebih lanjut adalah: 1) Banjir, 2) Kekeringan, 3) Angin Kencang, 4) Kebakaran rumah, 5) Gunung Meletus.

Mengingat keterbatasan waktu kajian maka hanya 3  jenis bencana yang dikaji Bersama yaitu (Banjir, Kekeringan, Angin kencang) sedangkan Bencana gunung Meletus dan kebakaran rumah tidak menjadi prioritas untuk dikaji.

Dari hasil Kajian Resiko Bencana tersebut diatas maka pada tanggal 10-11 Nopember 2017 dilakukan pembahasan hasil kajian yang kemudian menghasilkan Rencana Aksi  dalam rangka Adaptasi dan Mitigasi terhadapbencana.

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB  I

PENDAHULUAN

 

Latar Belakang

Pemanasan global yang berdampak pada perubahan iklim dan cuaca ekstrim  telah terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini telah menimbulkan berbagai kebingungan, baik di tingkat masyarakat maupun pemerintah. Perubahan tersebut telah berdampak pada perubahan musim yang tidak bisa diprediksi. Bagi masyarakat di Lombok yang mengandalkan sumber mata pencaharian pada sistem pertanian lahan kering, pergeseran waktu curah hujan dan intensitas hujan yang tidak menentu telah menyebabkan kegagalan panen (padi, jagung dan palawija lainnya) di mana-mana. Kegagalan panen tersebut telah mengancam ketahanan pangan di masyarakat dan juga penurunan sumber pendapatan petani dari hasil tanaman umur panjang.

Selain telah mengancam, perubahan iklim dan cuaca ekstrim yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini juga telah menimbulkan berbagai bencana, antara lain banjir, angin kencang, kemarau panjang dan longsor  yang merusak lahan pertanian, pemukiman, infrastruktur, dan lain-lain. Bencana-bencana tersebut telah menjadikan masyarakat yang sudah cukup rentan, menjadi semakin rentan.

Perubahan iklim dan cuaca ekstrim sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh perilaku manusia yang kurang bersahabat dalam menjaga daya dukung lingkungan. Namun sayangnya, banyak masyarakat yang tidak memahami secara utuh tentang komponen-komponen iklim, perubahan-perubahan yang terjadi serta faktor-faktor yang telah menyebabkan perubahan tersebut. Karena ketidakpahaman tersebut, perilaku yang dikembangkan bahkan masih mengancam kelestarian lingkungan dan mendorong perubahan iklim yang lebih besar. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk membangun pemahaman bersama para pihak tentang iklim, perubahan yang terjadi, dan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut.

Perlu juga dibangun pemahaman bersama bahwa penanggulangan bencana membutuhkan peran aktif berbagai pihak (pemerintah, LSM, organisasi masyarakat, dll) secara terpadu dan bersama-sama untuk melakukan tindakan – baik tindakan mitigasi maupun adaptasi – agar dampak negatif dari perubahan iklim dan bencana yang terjadi bisa diminimalkan.

Masyarakat perlu mengembangkan rencana aksi di tingkat desa guna menyikapi perubahan iklim, termasuk menurunkan risiko dan meningkatkan kapasitas masyarakat jika bencana-bencana yang diprediksikan benar-benar terjadi. Rencana aksi tersebut perlu dikomunikasikan secara aktif oleh masyarakat kepada pemerintah, dan pemerintah wajib merespon kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan demikian, dapat meningkatkan ketahanan masyarakat dari sejak awal dan mencegah dampak yang lebih besar dari bencana.

Karena itulah dilakukan kajian perubahan iklim dan bencana yang melibatkan seluruh lapiasan masyarakat sehingga bisa membangun pemahaman bersama para pihak dalam menyikapi perubahan iklim dan penanggulangan bencana.

 

Tujuan

Kajian Perubahan Iklim dan Resiko Bencana ini bertujuan untuk:

1.        Membangun pemahaman masyarakat tentang iklim, proses perubahan iklim dan akibat yang ditimbulkannya.

2.        Mendapatkan impormasi tentang jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di desa selama kurun waktu sekitar 10 tahun terahir

3.        Melakukan kajian- kajian terhadap setiap jenis bencana yang pernah terjadi, yang meliputi : kemungkinan terjadinya lagi bencana tersebut, tingkat ancamannya, tingkat kerentenannya, serta kapasitas yang dimiliki dalam menghadapi setiap bencana .

4.        Membuat rencana aksi yang memungkinkan untuk dilaksanakan dalam menghadapi bencana baik secara swadaya maupun bantuan oleh pemerintah maupun pihak swasta (LSM)

5.        Membangun komitmen bersama untuk bekerjasama dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah dalam menghadapi bencana

6.        Masyarakat lebih siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana

 

Keluaran

Keluaran yang ingin dicapai dari Kajian  ini adalah:

1.        Tersedianya data/informasi mengenai berbagai jenis bencana yang perlu mendapat perhatian dari semua pihak.

2.        Diketahui kemungkinan akan terjadinya bencana, ancaman serta kerawanan yang akan timbul bila terjadi bencana dan masyarakat mengetahui kemampuan yang dimiliki atau kapasitasnya dalam menghadapi setiap bencana.

3.        Adanya rencana aksi yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan terjadinya bencana

4.        Adanya kesiapan masyarakat dalam membuat aturan-aturan dalam menangani bencana

5.        Ada komitmen bersama untuk membangun kerjasama dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dan membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

 

BAB II

PROFIL DESA BAGIK MANIS

Gambaran Umum

Desa Bagik Manis merupakan salah satu desa dari 11 (sebelas) desa yang ada di wilayah adminstratif Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur dengan luas wilayah 12,45 km3, yang berupa tanah pertanian sedangkan sebagiannya berupa tegalan, pekarangan dan pemukiman penduduk, dengan tofografi berbukit. Terletak pada ketinggian 72 m/dpl, dengan tofografi berbukit dan bergelombang, serta iklim tropis yang memiliki 2 (dua) musim yaitu : musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan rata-rata mencapai 692mm/th terjadi pada bulan Desember sampai Mei dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai November. Batas wilayah desa Bagik Manis

Sebelah Utara  berbatasan dengan  Desa Sugian

Sebelah Selatan berbatasan  Desa Sambelia

Sebelah Timur  berbatasan   Desa Sugian/Lb. Pandan

Sebelah Barat  berbatasan  Kawasan Hutan TNGR

 

A.           POTENSI SUMBER DAYA ALAM

POTENSI UMUM

1. Luas wilayah menurut penggunaan 

Luas pemukiman

 101,24 ha/m2

Luas persawahan

408,84ha/m2

Luas perkebunan

9,65 ha/m2

Luas kuburan

1,12 ha/m2

Luas Ladang

12,4 ha/m2

Luas pekarangan

103,84 ha/m2

Luas taman

                        - ha/m2

Luas Perkantoran

1,95 ha/m2

Luas prasarana umum lainnya

    2,03 ha/m2

Luas Hutan Negara

604,08 ha/m2

Total luas

         1.245,15 ha/m2

 

 

 

               

TANAH SAWAH

 

 

Sawah irigasi teknis

377,45 ha/m2

 

Sawah irigasi ½ teknis

31,39 ha/m2

 

Total luas

408,84 ha/m2

 

  

TANAH KERING

 

 

Tegal/ladang

12,4 ha/m2

 

Pemukiman

101,24 ha/m2

 

Pekarangan

103,84 ha/m2

 

Total luas

217,48 ha/m2

 

 

 

 

TANAH PERKEBUNAN

 

 

Tanah perkebunan perorangan

              9,65 ha/m2

 

Total luas

               9,65 ha/m2

 

TANAH FASILITAS UMUM

 

 

a. Tanah bengkok

               4,25 ha/m2

 

b. Tanah titi sara

 - ha/m2

 

Lapangan olahraga

               1,15 ha/m2

 

Perkantoran pemerintah

               0,14 ha/m2

 

Tempat pemakaman desa/umum

               1,12 ha/m2

 

Bangunan sekolah/perguruan tinggi

               1,81 ha/m2

 

Jalan

              4,56 ha/m2

 

Total luas

            13,03 ha/m2

 

 

 

 

TANAH HUTAN

 

 

Hutan lindung

         378,58 ha/m2

 

Hutan produksi

            225,5 ha/m2

 

a. Hutan produksi tetap

            225,5 ha/m2

 

b. Hutan produksi terbatas

            - ha/m2

 

Total luas

        604,08 ha/m2

 

 

2. Iklim

Curah hujan

1.131,6 Mm

Jumlah bulan hujan

                                          5 bulan

Kelembapan

-

Suhu rata-rata harian

33 0C

Tinggi tempat dari permukaan laut

100 mdl

 

 

 

 

3. Jenis Dan Kesuburan Tanah

Warna tanah (sebagian besar)

hitam

Tekstur tanah

Lampungan

Tingkat kemiringan tanah

22 derajat             

Lahan kritis

56  ha/m2

Tingkat erosi tanah

Luas tanah erosi ringan

33 ha/m2

Luas tanah erosi berat 

13 ha/m2

   

4. Topografi

Bentangan wilayah

Desa berbukit-bukit

Ya

- ha/m2

Desa dataran tinggi/pegunungan

Ya

1.245,15 ha/m2

Desa/kelurahan kawasan campuran

Ya

641,07 ha/m2

Desa kawasan hutan

Ya

604,08 ha/m2

Orbitasi

 

 

Jarak ke ibu kota kecamatan

3Km

Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan  dengan kendaraan bermotor

0,1Jam

Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan  dengan berjalan kaki  atau kendaraan non bermotor 

0,5 Jam

Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan

98 unit

Ada

Jarak ke ibu kota kabupaten/kota

50 Km

Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten dengan kendaraan bermotor

1 Jam

Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten  dengan berjalan kaki  atau kendaraan non bermotor 

30 Jam

Kendaraan umum ke ibu kota kabupaten/kota

.... unit 

Ada

 

 

Jarak ke ibu kota provinsi

100 Km

Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan kendaraan bermotor

2 Jam

Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi dengan berjalan kaki  atau kendaraan non bermotor 

60 Jam

Kendaraan umum ke ibu kota provinsi

  ....unit

Ada

 

 

 

Pertanian

 

Tanaman Pangan

 

a)      Pemilikan Lahan Pertanian Tanaman Pangan

 

Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian

      164 keluarga

Tidak memiliki

    588 keluarga

Memiliki kurang 1 ha

       107 keluarga

Memiliki 1,0 – 5,0 ha

       55 keluarga

Memiliki 5,0 – 10 ha

           2 keluarga

Memiliki lebih dari 10 ha

            - keluarga

Jumlah total keluarga petani

    752 keluarga

 

b)      Luas tanaman pangan  menurut komoditas pada tahun ini

Jagung

152,57 Ha

930,40 Ton/ha

Padi sawah

408.84 Ha

208.420 Ton/ha

Padi ladang

86,35 Ha

293,52 Ton/ha

Cabe

7,10 Ha

27,40 Ton/ha

 

 

 

 

PERKEBUNAN

Kepemilikan Lahan Tanaman Buah-buahan

Jumlah keluarga memiliki tanah perkebunan

21 keluarga

Tidak memiliki

721 keluarga

Memiliki kurang dari 5 ha

21 keluarga

Jumlah total keluarga perkebunan 

21 keluarga

Kepemilikan Usaha Perkebunan Yang Dimiliki Negara

-

Total Luas Perkebunan

9,65 ha.

 

KEHUTANAN

a)      Luas Lahan Menurut Pemilikan

Milik Negara

 604,08 ha

Total

604,08 ha

b)      Kondisi Hutan

Kondisi Hutan

Baik

Rusak

Total

Hutan Bakau/mangrove

- ha

- ha

- ha

Hutan Produksi

225,5 ha

- ha

225,5 ha

Hutan Lindung

378,58 ha

- ha

378,58 ha

 

 

c)       Dampak yang timbul dari pengolahan hutan   

Pencemaran Udara

Tidak

Pencemaran Air

Tidak

Longsor/Erosi

Tidak

Bising

Tidak

Kerusakan biota/plasma nuftah hutan

Tidak

Kemusnahan flora,fauna dan satwa langka

Tidak

Hilangnya sumber mata air

Ada

Kebakaran hutan

Tidak

Terjadinya kekeringan/sulit air

Tidak

Berubahnya fungsi hutan 

Tidak

Terjadinya lahan kritis

Tidak

Hilangnya daerah tangkapan air (cacthment area)

Tidak

Musnahnya Habitat Binatang Hutan

Tidak

 

SUMBER DAYA AIR

 

1.       Potensi Air dan Sumber Daya Air

Sungai

Debit sedang

Mata Air

Debit kecil

Bendungan/waduk/situ

Tidak ada

Embung-embung

Tidak ada

Jebakan air

Tidak ada

 

2.       Sumber Air Bersih

Jenis

Jumlah (Unit)

Pemanfaat (KK)

Kondisi Baik/Rusak

Mata air

1

22

Baik

Sumur gali

-

-

-

Sumur pompa

-

-

-

Hidran umum

-

-

Baik

PAM

-

-

Baik

Pipa

3

816

Baik

Sungai

-

-

Baik

Embung

-

-

-

Bak penampung air hujan 

-

-

-

Beli dari tangki swasta

-

-

-

Depot isi ulang

-

-

-

Sumber lain

-

-

-

 

B.           POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA

 

1.          Jumlah Penduduk

 

Jumlah laki-laki

 1.257 orang

Jumlah perempuan

1.447 orang

Jumlah total

2.704 orang

Jumlah kepala keluarga

                  838 KK

Kepadatan Penduduk

217 per km

 

 

 

2.          USIA

 

USIA

LAKI-LAKI

PEREMP.

 

USIA

LAKI-LAKI

PEREMP.

0-12 bulan

28 orang

36 orang

 

39 tahun

16 orang

17 orang

1 tahun

-

-

 

40

14 orang

17 orang

2

24 orang

29 orang

 

41

14 orang

15 orang

3

12 orang

17 orang

 

42

13 orang

14 orang

4

10 orang

16 orang

 

43

12 orang

16 orang

5

26 orang

32 orang

 

44

13 orang

 17 orang

6

34 orang

40 orang

 

45

16 orang

15 orang

7

26 orang

31 orang

 

46

16 orang

13 orang

8

23 orang

29 orang

 

47

12 orang

14 orang

9

32 orang

39 orang

 

48

12 orang

16 orang

10

27 orang

32 orang

 

49

14 orang

17 orang

11

27 orang

30 orang

 

50

14 orang

17 orang

12

30 orang

35 orang

 

51

11 orang

14 orang

13

34 orang

41 orang

 

52

14 orang

13 orang

14

35 orang

41 orang

 

53

14 orang

17 orang

15

38 orang

46 orang

 

54

13 orang

13 orang

16

14 orang

18 orang

 

55

13 orang

14 orang

17

14 orang

18 orang

 

56

11 orang

14 orang

18

16 orang

21 orang

 

57

13 orang

15 orang

19

28 orang

23 orang

 

58

12 orang

13 orang

20

17 orang

22 orang

 

59

11 orang

   12  orang

21

18 orang

24 orang

 

60

7 orang

7 orang

22

20 orang

24 orang

 

61

7 orang

8 orang

23

16 orang

20 orang

 

62

8 orang

8 orang

24

20 orang

25 orang

 

63

8 orang

8 orang

25

14 orang

16 orang

 

64

9 orang

9 orang

26

13 orang

16 orang

 

65

7 orang

8 orang

27

17 orang

18 orang

 

66

7 orang

8 orang

28

13 orang

17 orang

 

67

6 orang

7 orang

29

13 orang

14 orang

 

68

6 orang

6 orang

30

15 orang

16 orang

 

69

8 orang

5 orang

31

13 orang

17 orang

 

70

5 orang

8 orang

32

13 orang

16 orang

 

71

8 orang

7 orang

33

14 orang

15 orang

 

72

7 orang

7 orang

34

15 orang

15 orang

 

73

7 orang

9 orang

35

16 orang

19 orang

 

74

7 orang

7 orang

36

19 orang

21 orang

 

75

8 orang

6 orang

37

16 orang

16 orang

 

76 keatas

100 orang

91 orang

38

14 orang

18 orang

 

Total

1.257 orang

1.447 orang

 

3.       PENDIDIKAN

TINGKATAN PENDIDIKAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Usia 3-6 tahun  yang belum masuk TK

65 orang

85 orang

Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group

10 orang

20 orang

Usia 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah

4 orang

2 orang

Usia  7-18 tahun yang sedang sekolah

316 orang

386 orang

Usia 18-56  tahun tidak pernah sekolah

56 orang

97 orang

Usia 18-56  thn pernah SD tetapi tidak tamat

235 orang

239 orang

Tamat SD/sederajat

205 orang

342 orang

Jumlah usia 12 – 56 tahun tidak tamat SLTP

55 orang

38 orang

Jumlah usia 18 – 56 tahun tidak tamat SLTA

35 orang

65 orang

Tamat SMP/sederajat

95 orang

120 orang

Tamat SMA/sederajat

77 orang

87 orang

Tamat D-1/sederajat

1 orang

1 orang

Tamat D-2/sederajat

2 orang

2 orang

Tamat D-3/sederajat

2 orang

3 orang

Tamat S-1/sederajat

15 orang

20 orang

Jumlah

1.197 - orang

1.490 - orang

Jumlah Total

                2.587     - orang

 

 

4.          MATA PENCAHARIAN POKOK

JENIS PEKERJAAN

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

 

Petani

230 orang

232 orang

 

Buruh tani

400 orang

415 orang

 

Buruh migran 

139 orang

47 orang

 

Pegawai Negeri Sipil

3 orang

4 orang

 

Pengrajin industri rumah tangga 

4 orang

7 orang

 

Pedagang keliling

- orang

3 orang

 

Peternak

27 orang

- orang

 

Montir / Sopir

19 orang

- orang

 

Pembantu rumah tangga

- orang

14 orang

 

TNI

1 orang

- orang

 

Pensiunan PNS/TNI/POLRI

8 orang

- orang

 

Pengusaha  kecil dan menengah

73 orang

122 orang

 

Dukun Kampung Terlatih

- orang

3 orang

 

Karyawan perusahaan swasta

13 orang

17 orang

 

Tukang

20 orang

- orang

 

Pegawai Honorer

8 orang

12 orang

 

Jumlah Total Penduduk     - orang

 

5.          TENAGA KERJA

TENAGA KERJA

LAKI-LAKI

PEREMPUAN

Penduduk usia 18-56 tahun

572 orang

666 orang

Penduduk usia 18-56 th yg bekerja 

494 orang

485 orang

Penduduk usia 18-56 th yg tdk bekerja

78 orang

181 orang

Penduduk usia 0 – 6 tahun

134 orang

170 orang

Penduduk masih sekolah 7-18 th

316 orang

386 orang

Penduduk usia 56 tahun ke atas

262 orang

263 orang

Angkatan kerja

572 orang

666 orang

Jumlah

834 orang

929     orang

 

 

930      

Usaha Jasa Keterampilan

Jumlah

 

Tukang Kayu

20 orang

 

Tukang Batu

2 orang

 

Tukang Jahit/Bordir

1 orang

 

Tukang Service Elektronik

1         orang

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.              POTENSI KELEMBAGAAN

 

1.       Lembaga Pemerintahan

 

PEMERINTAH DESA/KELURAHAN

Dasar hukum pembentukan Pemerintah Desa / Kelurahan

Ada

Perda/Keputusan Bupati

Dasar hukum pembentukan  BPD

Ada

Perda/Keputusan Bupati

Jumlah aparat pemerintahan Desa/Kelurahan

7 orang

Jumlah perangkat desa/kelurahan

5 unit kerja

Kepala Desa/Lurah

Ada

Sekretaris Desa/Kelurahan

Ada

Kepala Urusan Pemerintahan

Ada– Aktif

Kepala Urusan Ekonomi & Pembangunan

Ada– Aktif

Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat

tidak

Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat

tidak –

Kepala Urusan Administrasi & Umum

Ada– Aktif

Kepala Urusan Keuangan

Ada– Aktif

Kepala Urusan Trantib

Ada– Aktif

Jumlah Staf

- orang

Jumlah Dusun di Desa/Lingkungan di Kelurahan  atau sebutan lain

3 Dusun

Aktif

Kepala Dusun Dasan Bajk Dalam

Aktif

Kepala Dusun Dasan Bagik Luar

Aktif

Kepala Dusun Dasan Bagik Daya

Aktif

Tingkat Pendidikan Aparat Desa/Kelurahan

SD, SMP, SMA, Diploma, S1, Pascasarjana

Kepala Desa/Lurah

SMA

Sekretaris Desa/Kelurahan

Diploma

Kepala Urusan Pemerintahan

SMA

Kepala Urusan Ekonomi & Pembangunan

SMA

Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat

-

Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat

SMA

Kepala Urusan Administrasi & Umum

SMA

Kepala Urusan Keuangan

SMA

Kepala Urusan Trantib

SMA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Keberadaan BPD

Ada-aktif

Jumlah Anggota BPD

5 orang

Pendidikan Anggota  BPD

SD, SMP, SMA,

Ketua,  Nama           : SADARUDIN

SMA

Wakil Ketua,  Nama : IBRAHIM

SMP

Sekretaris, Nama     : MARWAN

SMA

Anggota,  Nama       : NURISAH

SMA

Anggota,  Nama       : SAHLIM

SMP

 

 

2.             Lembaga Pendidikan

Pendidikan Formal

Nama

Jmlh

Status (Terdaftar, terakreditasi)

Kepemilikan

Jumlah Tenaga Pengajar

Jumlah siswa/

Mahasiswa

Pemerintah

Swasta

Desa / Kel.

Play Group

1

Terdaftar

 

 

4

30

TK

 

 

 

 

 

 

 

SD/sederajat

1

Terakreditasi

 

 

 

 

SMP/sederajat

 

 

 

 

 

 

 

SMA/sederajat

1

Terakreditasi

 

 

 

 

PTN

 

 

 

 

 

 

 

PTS

 

 

 

 

 

 

 

SLB

 

 

 

 

 

 

 

......................

 

 

 

 

 

 

 

 

D.            TIPOLOGI DESA/KELURAHAN

Desa/Kelurahan Persawahan

:

Indikator Unggulan :  PADI

Desa/Kelurahan Perladangan

:

Indikator Unggulan :  JAGUNG

Desa/Kelurahan Peternakan

:

Indikator Unggulan :  KERBAU,KAMBING

 

E.             PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN  

a.             Jumlah Penduduk

Jumlah

Jenis Kelamin

 

Laki-laki

Perempuan

Jumlah penduduk tahun ini

1.257 orang

1.447 orang

 

b.            Jumlah Keluarga

Jumlah

KK Laki-laki

KK Perempuan

Jumlah Total

Jumlah Kepala Keluarga tahun ini

400 KK

438 KK

838 KK

 

 

 

F.            KESEHATAN MASYARAKAT

 

a.                Kualitas Ibu Hamil

Jumlah ibu hamil

86 orang

Jumlah ibu hamil melahirkan

64 orang

Jumlah ibu nifas

3 orang

Jumlah ibu nifas hidup

2 orang

 

b.         Kualitas Bayi 

Jumlah keguguran kandungan 

1 orang

Jumlah bayi lahir 

59 orang

Jumlah bayi lahir mati

3 orang

Jumlah bayi lahir hidup

56 orang

Jumlah bayi mati usia 1 – 12 bulan  

3 orang

 

c.          Cakupan Imunisasi

Jumlah Bayi  usia 2 bulan 

59 orang

Jumlah bayi 2 bulan Imunisasi DPT-1, BCG dan Polio -1

6 orang

Jumlah bayi usia 3 bulan

orang

Jumlah bayi 3 bulan yang imunisasi DPT-2 dan Polio-2  

5 orang

Jumlah bayi 4 bulan yang imunisasi DPT-3 dan Polio-3

3 orang

 

d.            Cakupan pemenuhan kebutuhan air bersih

1.   Jumlah keluarga menggunakan sumur gali

-

2.   Jumlah keluarga pelanggan PAM

-

3.   Jumlah keluarga menggunakan Penampung Air Hujan

-

4.   Jumlah keluarga menggunakan sumur pompa

-

5.   Jumlah keluarga menggunakan perpipaan air kran

804 keluarga

6.   Jumlah keluarga menggunakan hidran umum

-

7.   Jumlah keluarga menggunakan air sungai

-

8.   Jumlah keluarga menggunakan embung

-

9.   Jumlah keluarga yang menggunakan mata air

-

10. Jumlah keluarga yang tidak mendapatkan akses air    minum dari air laut

-

11. Jumlah keluarga yang tidak mendapatkan akses air  minum dari sumber di atas

-

Total jumlah keluarga

804 keluarga

 

 

BAB III

METODOLOGI DAN PROSES KAJIAN DRA

 

Kajian ini menggunakan beberapa teknik dan metode, antara lain Bagan Alur Sejarah Bencana, Bagan Peringkat Bencana, Kalender Musim, Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi Bencana, dan Analisis Risiko Bencana.

Bagan alur sejarah digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di Desa Bagik Manis  selama kurun waktu yang masih bisa diingat oleh peserta. Untuk mengetahui tingkat urgensi dari bencana-bencana yang pernah terjadi, dibuat bagan peringkat dengan menggunakan parameter frekuensi kejadian, jumlah korban, kecenderungan akan terjadi lagi, luasan dampak, dan nilai kerugian.

Kalender musim digunakan untuk mengidentifikasi kembali pola distribusi curah hujan, kecepatan angin, dan suhu udara; serta menarik hubungan antara komponen-komponen iklim tersebut dengan tingkat keberhasilan pengembangan tanaman yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Bagik Manis

Pemetaan wilayah bencana dilakukan untuk memetakan lokasi-lokasi kejadian bencana yang pernah terjadi. Hasil pemetaan ditindaklanjuti dengan penelusuran wilayah (transek) untuk menggali informasi lebih mendalam tentang bencana yang pernah terjadi di lokasi tersebut.

Berdasarkan jenis-jenis bencana yang teridentifikasi, dengan mempertimbangkan waktu yang ada dan jumlah peserta yang terlibat dalam kajian, diambil 5 jenis bencana untuk diperdalam melalui Analisis Risiko Bencana. Analisis risiko bencana menggunakan 3 faktor, yaitu Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas. Masing-masing faktor dijabarkan ke beberapa aspek. Setiap aspek dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter yang dikembangkan bersama masyarakat. Penilaian terhadap parameter-parameter yang disepakati menggunakan sistem skoring dari 1 sampai 3, dimana 1 bermakna kategori rendah, 2 untuk kategori sedang, dan 3 untuk kategori tinggi. Hasil penilaian dari setiap parameter kemudian dicari nilai rata-rata secara bertingkat mulai dari rata-rata pada tingkatan aspek dan akhirnya rata-rata pada tingkat faktor.

Untuk masing-masing jenis bencana, berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada masing-masing faktor, dihitung Tingkat Risiko Bencana dengan rumus sebagai berikut :

                                                    Ancaman X Kerentanan

            Tingkat Risiko Bencana =    ---------------------------------

                                                            Kapasitas

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, Tingkat Risiko Bencana dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut:

 

Skor                Tingkat Risiko Bencana

1 s/d < 3                      Rendah

3 s/d < 6                      Sedang

6 s/d 9                         Tinggi

Berdasarkan hasil analisis risiko masing-masing jenis bencana, kemudian dikembangkan gagasan-gagasan yang bisa dibuat di tingkat masyarakat. Gagasan-gagasan tersebut kemudian dikembangkan menjadi rencana aksi di tingkat masyarakat.

 

 

 

 

 

BAB  IV

HASIL KAJIAN DAN ANALISA TINGKAT RISIKO BENCANA

 

Jenis Bencana Dan Pemeringkatan

Berdasarkan alur sejarah, teridentifikasi 5 jenis bencana penting yang pernah terjadi di Desa Bagik Manis  ( Banjir, Angin Kencang, Kebakaran, Gunung Meletus, Kekeringan ) Berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya bencana tersebut mulai dari tingkat kepentingan tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut:

1.      Banjir Bandang

2.      Kekeringan

3.      Angin Kencang

4.      Gunung Meletus

5.      Kebakaran

 

Tingkat Risiko Bencana

Berdasarkan hasil analisis risiko bencana terhadap 3 jenis bencana yang dianggap paling oenting yaitu: Banjir Bandang, Kekeringan, Angin Kencang, tingkat risiko masing-masing bencana adalah sebagai berikut.

Jenis Bencana                         Skor    Tergolong

1.      Banjir Bandang                 5.0       Sedang

2.      Kekeringan                        6.72     Tinggi

3.      Angin Kencang                  3.9       Rendah

 

Analisis Masing-Masing Jenis Bencana

1.      BANJIR

a.         Ancaman

·            Tingkat ancaman desa Bagik Manis terhadap banjir tergolong Tinggi dengan skor rata-rata 2,62

·            berdasarkan kurun waktu 10 tahun terahir dan letak desa yang berada di bawah perbukitan dengan kemiringan tanah yang tinggi memungkinkan terjadinya setiap musim hujan yang intensitasnya tinggi.

·            saluran air tidak mampu menampung debit air yang turun dari bukit sehingga meluap dan merusak bantaran sungai.

·            pendangkalan sungai dan pembukaan lahan di daerah perbukitan.

·            dari 10 tahun terahir terjadinya pada tahun 2012,2014,2016 selang satu tahun pada bulan penghujan dengan intensitas tinggi

·            intensitas tinggi karena merusak akses jalan, jembatan, dan menggerus sebagian lahan persawahan dan merendam lahan ladang.

·            masyarakat kekurangan air minum karena tercampur dengan air banjir.

·            Dampak dan luasan dampak yang ditimbulkan akibat banjir antara lain:

o    Lahan yang terendam: bagek dalam 150 Ha milik 150 KK 450 jiwa, bagik lauk 95 Ha milik 95 KK 285 jiwa, bagek tengak 50 Ha milik 50 KK 159 jiwa, bagek daya 90 Ha milik 90 KK 270 jiwa.

o    sarpras: jalan 500 M, Jembatan 2 Unit, Saluran irigasi 200 Mdan perpipaan untuk air bersih 250 M

o    sawah tanaman padi pada desa bagek lauq 31 Ha, bagek daya 30 Ha dan bagek dalem 50 ha

·            korban 3 orang meninggal dunia 1 dan cedera 2 orang

·            Total kerugian akibat banjir diperkirakan sebesar RP. 5.910.250.000 dengan rincian:

o    Lahan pertanian: bagik lauq RP. 665.000.000

o    Bagik daya Rp. 635.000.000

o    Bagik dalam Rp. 1.050.000.000

o    Bagik tengak+luar Rp. 350.000.000

o    Saluran irigasi Rp. 160.000.000

o    Saluran pipa air bersih+water meter Rp. 76.750.000

o    Jalan sepanjang 500 M dengan taksiran kerugian Rp. 35.000.000  dan 2 unit jambatan dengan taksiran Rp. 75.000.000

o    Sawah tanaman padi Rp. 2. 664.000.000

 

b.            Kerentanan

Tingkat kerentanan desa Bagik Manis terhadap banjir tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2,72

Beberapa factor penyebab kerentanan adalah:

·            Kondisi Sungai yang sempit dan sudah mengalami kedangkalan.

·            Saluran air yang tidak memadai

·            Belum ada tempat evakuasi secara khusus

·            Fasilitas air bersih masih mengandalkan perpipaan yang dikelola dusun

·            Belum ada jebakan air atau embung didaerah hulu

·            Berkurangnya tradisi gotong royong dalam mengatasi bencana

·            Belum ada team siaga bencana desa

·            Terdapat kelompok rentan terhadap banjir

·            Kearifan lokal bila terjadi keadaan darurat (kentongan/corong dimasjid)

·            Kondisi Curah Hujan tinggi terjadi pada tahun 2002,2014,2016,2017

·            Jarak sumber air yang jauh (perpipaan)

·            Jenis tanah berbatu dengan kemiringan yang cukup tinggi

·            Sungai dan saluran air yang berdekatan dengan lahan pertanian

·            Sumber pendapatan masyarakat adalah bertani

·            masih banyak yang menjadi buruh tani

·            Belum ada dukungan dari pihak luar

·            Belum ada BUMDES

·            Akses permodalan pasca banjir masih terbatas

·            Belum ada lumbung pangan

 

c.          Kapasitas

Tingkat kapasitas desa Bagik Manis terhadap banjir tergolong rendah dengan skor rata-rata 1,4

Beberapa factor penyebab rendahnya kapasitas masyarakat:

·               Belum ada upaya secara swadaya dalam mengelola DAS dan saluran irigasi

·               Sudah ada 3 unit sumur bor untuk mengairi sawah  tapi belum di manfaatkan untuk air bersih rumah tangga

·               Sumber mata air hanya satu dan bila terjadi banjir, sering terjadi pecah atau rusaknya jalur pipa  sehingga tergantung dari bantuan

·               belum ada bangunan jebakan air

·               Pengadaan terassering

·               Tingkat kerukunan masih baik, tapi budaya gotong royong sudah mengalami penurunan

·               Kemampuan masyarakat masih terpokus pada kegiatan pasca banjir

·               Perdes dan Protap tentang bencana belum ada

·               Belum terbentuk TSBD

·               belum ada pemetaan lokasi rawan banjir

·               Saluran irigasi yang terdampak masih belum diperbaiki

·               Hutan didaerah hulu sudah banyak yang gundul

·               Telah dilakukan Kegiatan reboisasi tapi belum maksimal

·               Hanya bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan, belum ada pengembangan usaha lain

·               Belum ada tabungan siaga bencana

·               Modal usaha BUMDES belum memadai

·               Akses modal untuk merepitalisasi ekonomi pasca banjir masih terbatas

 

d.            Upaya-Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat

·               masyarakat melakukan gotong royong melakukan penimbunan jambatan secara swadaya.

 

e.         Gagasan untuk Didiskusikan oleh Masyarakat

·               Pembuatan sarana irigasi

·               Normalisasi sungai sambelia

·               Irigasi pemukiman jalan raya

·               Pembuatan gorong-gorong

·               Pengadaan mobil sampah

·               Penyuluhan tentang pengurangan resiko bahaya banjir

·               Penghijauan

 

f.           Catatan Penting dari Bencana Banjir

·               Secara geografis, Desa Bagik Manis dilewati oleh satu anak sungai yang dibagian hulu ada beberapa anak sungai yang kemudian terhubung menjadi satu sebelum masuk kewilayah desa. Hulu dari  sungai tersebut merupakan daerah tangkapan air pada musim hujan. Pada saat terjadi hujan lebat, air hujan akan terkumpul hulu dan mengalir deras sungai tersebut.

·               Pada musim hujan, aliran air di kedua sungai tersebut sangat besar sehingga mengakibatkan banjir.

·               Banjir yang terjadi setiap tahun telah mengakibatkan kerusakan jalan raya dan kebun serta lahan pertanian lainnya.

·               Banjir yang terjadi setiap tahun membawa serta batuan, tanah, pasir, dan material lain yang dibawa dari daerah hulu sehingga mengakibatkan tingkat sedimentasi yang sangat tinggi di daerah pesisir dari Desa Bagik Manis  Tingkat sedimentasi tersebut telah mengakibatkan dasar sungai menjadi lebih tinggi dari lahan-lahan pertanian di sekitarnya.

·               Tingginya aliran material yang terbawa oleh banjir terjadi karena tingkat vegetasi di daerah hulu sangat rendah. Bahkan di daerah perbukitan yang ada di daerah hulu terjadi kebakaran ladang setiap tahun sehingga tidak memungkinkan bagi pohon-pohon yang baru tumbuh dan berkembang.

·               Sedimentasi yang terjadi di daerah pesisir telah menutup aliran banjir untuk sampai ke laut. Akibatnya, pada saat terjadi banjir, aliran air terpecah dan menyebar sehingga menggenangi lahan-lahan pertanian dan merusak tanaman yang ada di dalamnya.

·               Belum ada upaya yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan resapan air di daerah hulu dan mengendalikan aliran banjir di daerah hilir agar banjir bisa langsung ke laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan areal pertanian. Misalnya dengan cara melakukan pengerukan dasar sungai sampai tembus ke laut.

 

 

2.         KEKERINGAN

 

a.         Ancaman

Tingkat ancaman desa Bagik Manis terhadap kekeringan tergolong tinggi dengan skor rata-rata 3

Kekeringan masih mungkin terjadi, mengingat kebiasaan bulan hujan relatif lebih pendek yaitu dari bulan Desember-April, dengan intensitas tinggi Desember-Januari,  sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang sekitar 7 bulan

·              Masih banyaknya penebangan liar di kawasan hutan tanpa adanya usaha konservasi

·              Kekeringan terjadi setiap tahun selama 7 bulan dari bulan Mei-November

·              Intensitas kekeringan tergolong tinggi mengingat musim kemarau yang relatif panjang ±7 bulan

·              Dampak yang ditimbulkankan adalah rusak atau berkurangnya hasil panen masyarakat pada komoditas tembakau,padi,jagung dan cabai

·              luas dampak tembakau 10 Ha, Padi 61 Ha,Jagung 140 Ha dan Cabai 10 Ha dengan total 221 Ha

·              Kerugian akibat kekeringan diperkirakan sebesar  Rp 21.834.700.000 dengan rincian sebagai berikut:

o    Tembakau  Rp. 700.000.000

o    Padi   Rp. 8.784.000.000

o    Jagung   Rp. 11.900.000.000

o    Cabai  Rp. 450.000.000

 

b.         Kerentanan

Tingkat kerentanan Bagik Manis terhadap kekeringan tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2,8

Beberapa factor penyebab kerentanan:

·               Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah

·               Sudah ada 3 unit Sumur Bor untuk irigasi

·               Tidak ada kolam penampungan air hujan di masing-masing ladang

·               Sumber air bersih hanya perpipaan yang dikelola dusun

·               belum ada aksi kolektif dari masyarakat dalam mengatasi kekeringan atau swadaya dalam membuat sumur bor

·               Belum ada Team siaga bencana

·               belum ada perdes atau protap tentang upaya mengatasi kekeringan

·               sudah ada kerjasama dengan instansi /pihak luar dalam mengatasi kekeringan khususnya dalam pembuatan sumur bor

·               Belum ada upaya konservasi disekitar wilayah yang berpotensi memiliki mata air

·               Belum ada usaha membangun tangkapan air hujan berupa embung untuk digunakan dimusim kemarau

·               Jumlah mata air hanya 1 dengan jarak 3 Km

·               Kondisi lahan kritis di hulu sangat mengkhawatirkan

·               Tanaman tahan kering yang ditanami sengon,jambu mente,mangga dan sonokling

·               Belum ada tersedia dana bagi masyarakat untuk penanggulangan bencana kekeringan

·               Sudah ada bantuan dari pihak luar dalam mangatasi kekeringan (sumur bor)

·               tidak ada sumber pendapatan selain tani dan perkebunan

·               Belum ada pengembangan usaha rumah tangga

·               BUMDES masih belum maksimal

·               Tidak ada lumbung pangan desa

 

c.          Kapasitas

Tingkat kapasitas desa Bagik Manis terhadap kekeringan tergolong rendah dengan skor rata-rata 1,25

Beberapa factor penyebab rendahnya akapasitas masyarakat:

·               Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah

·               Sudah ada 3 sumur bor, 1 belum bisa dimanfaatkan

·               Belum ada penampungan air hujan baik itu diperumahan ataupun ladang

·               Sumber air bersih mengandalkan sumber mata air diwilayah desa sambelia dengan debit air yang kecil pada musim kemarau

·               Belum ada aksi kolektif dalam mengatasi kekeringan

·               Belum ada Perdes dan Protap tentang bahaya kekeringan

·               Tingkat kemandirian masyarakat dalam mengatasi kekeringan masih rendah

·               Sudah ada kerjasama dengan pihak luar atau instansi (pengadaan sumur bor)

·               Belum ada kelompok siaga kekeringan

·               Tidak ada sumber mata air diwilayah desa bagik manis

·               Tidak ada penangkap air hujan berupa embung

·               Belum ada upaya konservasi diwilayah yang berpotensi terdapat sumber mata air

·               Masyarakat sudah memiliki kemampuan dalam memilih tanaman tahan kering tapi lebih untuk dikomersilkan

·               Ada upaya reboisasi tapi belum maksimal

·               Kesulitan akses permodalan terkait bencana kekeringan

·               Kemampuan masyarakat dalam menciptakan usaha selain pertanian dan perkebunan masih kurang

·               banyak yang berprofesi sebagai buruh tani atau perkebunan

·               Sudah ditinggalkannya lumbung pangan desa

·               BUMDES belum berjalan maksimal

 

d.         Upaya-Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat

·               Belum ada aksi secara kolektif selain Pengadaan sumur bor dari instansi terkait

 

e.            Gagasan untuk Didiskusikan oleh Masyarakat

·               Pembuatan sumur bor

·               Pembuatan DAM penampung air hujan

·               Pemeliharaan dan pelebaran saluran irigasi yang sudah ada

·               Pembuatan Bak penampung air per RT

f.              Catatan Penting dari Bencana Kekeringan

·               Secara geografis, Desa Bagik Manis merupakan daerah yang berada di sisi timur pulau Lombok yang letaknya cukup jauh dari pinggir pantai dan dibagian belakang desa terhampar perbukitan padang/ladang dan Hutan.

·               Curah hujan di desa Bagik Manis tergolong rendah per tahunnya. Curah hujan yang  rendah ini telah mengakibatkan 2 hal penting. Pertama, jumlah curah hujan yang  rendah telah mengakibatkan tanaman-tanaman yang dikembangkan di ladang Desa Bagik Manis mengalami kekurangan air selama masa pertumbuhannya. Kedua, curah hujan yang memadai jauh terlambat sehingga mengakibatkan keterlambatan musim tanam dan musim panen. Kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan pertanian terutama pertanian ladang .

·               Terkait dengan keterlambatan musim hujan yang berakibat kepada keterlambatan musim tanam dan musim panen, tanaman-tanaman yang masih ada di kebun pada saat desa-desa tetangga sudah selesai panen, sangat rawan terhadap serangan ternak lepas, babi hutan, kera, dan berbagai hama lainnya. Akibatnya, banyak waktu yang digunakan oleh masyarakat pada bulan Maret – April untuk menjaga tanaman mereka dari serangan hama, termasuk ternak lepas.

·               Akibat keterlambatan tanam karena hujan yang datang terlambat, ditemukan banyak tanaman jagung yang kekeringan dan layu pada saat masa pengisian biji. Akibatnya, tanaman jagung menjadi kerdil. Kalaupun bisa berbuah, isi biji jagung tidak padat.

·               Belum ada upaya-upaya atau penerapan teknologi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi kekurangan air guna mendukung pengembangan pertanian, membuat bak penampung air hujan, sistem irigasi tetes, dll. Teknologi yang telah diterapkan adalah pembuatan sumur bor itupun bantuan pemerintah yang jumlahnya baru 3 unit sementara kebutuhan cukup banyak. Penggunaan sumur bor juga membutuhkan biaya yang cukup besar karena harus membeli solar belum lagi kalau lokasi ladang yang berjarak cukup jauh dari lokasi sumur bor.

 

 

 

3.         Angin Kencang

a.            Ancaman

Tingkat ancaman desa Bagik Manis terhadap angin putting beliung tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2,93

·               Berdasarkan pengalaman dalam kurun waktu 10 tahun terakhir kemungkinan terjadinya angin putting beliung di desa bagik Manis tinggi

·               Perubahan iklim

·               Letak geografis desa yang berdekatan dengan laut

·               kulture desa yang berbukit-bukit

·               Frekuensi terjadinya angin putting beliung didesa bagik manis hampir setiap tahun dengan kerusakan terparah pada tahun 2015

·               Intensitas angin putting beliung tergolong tinggi karena merusak pemukiman,lahan pertanian dan lahan perkebunan

·               Dampak dan luasan dampak yang ditimbulkan akibat angin putting beliung:

o      Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat milik 3 KK 12 jiwa, dusun bagik lauq 10 unit rusak ringan milik 15 KK 60 jiwa,bagik dalam 7 unit rusak ringan milik 7 KK 28 jiwa,bagik daya 1 unit rusak berat, 8 unit rusak ringan  milik 9 KK 36 jiwa dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan milik 5 KK 20 jiwa

o      Merusak tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan mangga 500 pohon

 

·               Total kerugian akibat angin putting beliung sebesar Rp. 5.435.500.000 dengan rincian

o      Rumah: dsn bagik luar Rp. 150.000.000

o      dsn bagik lauq Rp. 200.000.000

o      dsn bagik dalem Rp. 140.000.000

o      dsn bagik daya Rp. 210.000.000

o      dsn bagik tengak Rp.100.000.000

o      Tanaman: Jagung Rp. 2.960.000.000

o      Jambu mente Rp. 1.500.000.000

o      Mangga Rp. 175.500.000

 

b.            Kerentanan

Tingkat kerentanan desa Bagik Manis terhadap angin putting beliung tergolong rendah dengan skor rata-rata 2,1

Beberapa factor penyebab kerentanan adalah :

·               Keadaan bangunan perumahan

·               Permanen 250 Unit

·               Semi permanen 241 Unit

·               Rumah serba guna 227 Unit

·               Bergotong royong membersihkan puing-puing rumah

·               Sosialisasi tentang bencana angin putting beliung

·               Rambu-rambu evakuasi

·               Wabah penyakit

·               Pohon-pohon besar dipemukiman

·               Letak wilayah didataran tinggi dan dekat daerah pantai

·               Kulture desa yang berbukit-bukit

·               Letak lahan sawah dan ladang didataran tinggi

·               Perubahan iklim

·               Bantuan dari swadaya masyarakat

·               Adanya alternatif lain untuk tambahan ekonomi

 

c.       Kapasitas

Tingkat kapasitas desa Bagik Manis terhadap angin putting beling  tergolong rendah dengan skor rata-rata 1,5

·               Model perumahan yang jaraknya agak renggang

·               Letak Wilayah berada didataran tinggi atau didaerah perbukitan

·               Rata-rata bangunan rumah permanen

·               Tingkat gotong royong pasca bencana masih rendah

·               Respon Pemdes terhadap bencana cukup tinggi tetapi perdes belum ada

·               Belum dibangun kerjasama dengan pihak luar dalam mengatasi masalah putting beliung

·               Belum terbentuknya TSBD

·               Kondisi wilayah yang berbukit

·               Adanya perubahan iklim

·               Banyaknya rumah yang berada dibawah pohon-pohon besar

·               Masyarakat belum terbiasa dengan tabungan siaga bencana

·               Bantuan dari pihak luar masih terbatas

·               Sumber pendapatan masyarakat masih tergantung dari hasil pertanian dan perkebunan

·               Akses permodalan terbatas atau bumdes belum berjalan secara maksimal

 

d.         Upaya-Upaya yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat

·               Masyarakat melakukan gotong royong secara memangkas pohon-pohon besar yang membahayakan

 

 

e.      Gagasan untuk Didiskusikan oleh Masyarakat

·               Membersihkan, mengurangi ranting-ranting pohon dirumah penduduk

·               Penyuluhan tentang perubahan cuaca

·               Pembuatan TSBD

·               Tanaman pangan lokal

 

f.        Catatan Penting dari Angin Kencang

·               Tofo grafi desa yang berada di dataran tinggi dengan keadaan lahan atau daerah yang gundul sehingga suhu setempat menjadi meningkat dan tidak ada yang menahan laju angin.

·               Keterbatasan pengetahuan masyarakat untuk antisifasi datangnya angin kencang.

 

 

Kompilasi Gagasan Dari Semua Jenis Bencana

Dari berbagai gagasan yang telah diangkat pada setiap jenis bencana untuk didiskusikan bersama oleh masyarakat, kemiduan dikompilasikan. Selain itu, setelah presentasi hasil kajian juga dilakukan penggalian gagasan dari masyarakat. Hasil kompilasi dari semua gagasan mitigasi bencana yang mucul adalah sebagai berikut:

·         Pembuatan sarana irigasi

·         Normalisasi sungai sambelia

·         Irigasi pemukiman jalan raya

·         Pembuatan gorong-gorong

·         Pengadaan mobil sampah

·         Penyuluhan tentang pengurangan resiko bahaya banjir

·         Penghijauan

·         Pembuatan sumur bor

·         Pembuatan DAM penampung air hujan

·         Pemeliharaan dan pelebaran saluran irigasi yang sudah ada

·         Pembuatan Bak penampung air per RT

·         Membersihkan, mengurangi ranting-ranting pohon dirumah penduduk

·         Penyuluhan tentang perubahan cuaca

·         Pembuatan TSBD

·         Tanaman pangan lokal


Sintesa hasil kajian

NO

Jenis Bencana

Tingkat Risiko

Tingkat Ancaman

Tingkat Kerentanan

Tingkat Kapasitas

 

Skor

Penjelasan

Skor

Penjelasan

Skor

Penjelasan

Skor

Penjelasan

 

1

BANJIR

5.0

Berdasarkan  tingkat resiko ancaman dan tingkat resiko kerentanan dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki masyarakat, maka didapat sekor 5.01 yang artinya tingkat resiko bencana dari Banjir  tergolong  rendah

2.6

berdasarkan kurun waktu 10 tahun terahir dan letak desa yang berada di bawah perbukitan dengan kemiringan tanah yang tinggi memungkinkan terjadinya setiap musim hujan yang intensitasnya tinggi.saluran air tidak mampu menampung debit air yang turun dari bukit sehingga meluap dan merusak bantaran sungai.pendangkalan sungai dan pembukaan lahan di daerah perbukitan, dari 10 tahun terahir terjadinya pada tahun 2012,2014,2016 selang satu tahun pada bulan penghujan dengan intensitas tinggi,intensitas tinggi karena merusak akses jalan, jembatan, dan menggerus sebagian lahan persawahan dan merendam lahan ladang.masyarakat kekurangan air minum karena tercampur dengan air banjir. Lahan yang terendam: bagek dalam 150 Ha, bagik lauk 95 Ha. Bagik lauk, 95 Ha, bagek tengak 50 Ha, bagek daya 70 Ha.sarpras: jalan 500 M, Jembatan 2 Unit, Saluran irigasi 200 Mdan perpipaan untuk air bersih 250 menelan korban jiwa 4 orang.  total kerugian sebesar Rp. 2. 664.000.000

2.7

Kondisi Sungai yang sempit dan sudah mengalami kedangkalan,Saluran air yang tidak memadai,Belum ada tempat evakuasi secara khusus,Fasilitas air bersih masih mengandalkan perpipaan yang dikelola dusun,Belum ada jebakan air atau embung didaerah hulu,SOSIAL: Berkurangnya tradisi gotong royong dalam mengatasi bencana,Belum ada team siaga bencana desa,Terdapat kelompok rentan terhadap banjir , Kearifan lokal bila terjadi keadaan darurat (kentongan/corong dimasjid), Kondisi Curah Hujan tinggi terjadi pada tahun 2002,2014,2016,2017,Jarak sumber air yang jauh (perpipaan),Jenis tanah berbatu dengan kemiringan yang cukup tinggi,Sungai dan saluran air yang berdekatan dengan lahan pertanian, Sumber pendapatan masyarakat adalah bertani,masih banyak yang menjadi buruh tani,Belum ada dukungan dari pihak luar,Belum ada BUMDES,Akses permodalan pasca banjir masih terbatas,Belum ada lumbung pangan.

1.4

Belum ada upaya secara swadaya dalam mengelola DAS dan saluran irigasi,Sudah ada 3 unit sumur bor untuk mengairi sawah  tapi belum di manfaatkan untuk air bersih rumah tangga,Sumber mata air hanya satu dan bila terjadi banjir, sering terjadi pecah atau rusaknya jalur pipa  sehingga tergantung dari bantuan,belum ada bangunan jebakan air,Pengadaan terassering,Tingkat kerukunan masih baik, tapi budaya gotong royong sudah mengalami penurunan,Kemampuan masyarakat masih terpokus pada kegiatan pasca banjir,Perdes dan Protap tentang bencana belum ada,Belum terbentuk TSBD,belum ada pemetaan lokasi rawan banjir, Saluran irigasi yang terdampak masih belum diperbaiki,Hutan didaerah hulu sudah banyak yang gundul,Telah dilakukan Kegiatan reboisasi tapi belum maksimal, Hanya bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan, belum ada pengembangan usaha lain,Belum ada tabungan siaga bencana,Modal usaha BUMDES belum memadai,Akses modal untuk merepitalisasi ekonomi pasca banjir masih terbatas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

KEKERINGAN

6,72

Berdasarkan  tingkat resiko ancaman dan tingkat resiko kerentanan dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki masyarakat, maka didapat sekor 6.72 yang artinya tingkat resiko bencana dari Banjir  tergolong  tinggi

3

Kekeringan masih mungkin terjadi, mengingat kebiasaan bulan hujan relatif lebih pendek yaitu dari bulan Desember-April, dengan intensitas tinggi Desember-Januari,  sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang sekitar 7 bulan,Masih banyaknya penebangan liar di kawasan hutan tanpa adanya usaha konservasi,  Kekeringan terjadi setiap tahun selama 7 bulan dari bulan Mei-November,Intensitas kekeringan tergolong tinggi mengingat musim kemarau yang relatif panjang ±7 bulan, Dampak yang ditimbulkankan adalah rusak atau berkurangnya hasil panen masyarakat pada komoditas tembakau,padi,jagung dan cabai,luas dampak tembakau 10 Ha, Padi 61 Ha,Jagung 140 Ha dan Cabai 10 Ha dengan total 221 Ha, Kerugian mencapai   = Rp 21.834.700.000,-

2,8

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah,Sudah ada 3 unit Sumur Bor untuk irigasi,Tidak ada kolam penampungan air hujan di masing-masing ladang,Sumber air bersih hanya perpipaan yang dikelola dusun,SOSIAl: belum ada aksi kolektif dari masyarakat dalam mengatasi kekeringan atau swadaya dalam membuat sumur bor,Belum ada Team siaga bencana,belum ada perdes atau protap tentang upaya mengatasi kekeringan,sudah ada kerjasama dengan instansi /pihak luar dalam mengatasi kekeringan khususnya dalam pembuatan sumur bor,SDA: Belum ada upaya konservasi disekitar wilayah yang berpotensi memiliki mata air,Belum ada usaha membangun tangkapan air hujan berupa embung untuk digunakan dimusim kemarau,Jumlah mata air hanya 1 dengan jarak 3 Km,Kondisi lahan kritis di hulu sangat mengkhawatirkan,Tanaman tahan kering yang ditanami sengon,jambu mente,mangga dan sonokling,EKONOMI: Belum ada tersedia dana bagi masyarakat untuk penanggulangan bencana kekeringan,Sudah ada bantuan dari pihak luar dalam mangatasi kekeringan (sumur bor),tidak ada sumber pendapatan selain tani dan perkebunan,Belum ada pengembangan usaha rumah tangga,BUMDES masih belum maksimal,Tidak ada lumbung pangan desa

1,25

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah,Sudah ada 3 sumur bor, 1 belum bisa dimanfaatkan ,Belum ada penampungan air hujan baik itu diperumahan ataupun ladang,Sumber air bersih mengandalkan sumber mata air diwilayah desa sambelia dengan debit air yang kecil pada musim kemarau,SOSIAL:Belum ada aksi kolektif dalam mengatasi kekeringan,Belum ada Perdes dan Protap tentang bahaya kekeringan,Tingkat kemandirian masyarakat dalam mengatasi kekeringan masih rendah ,Sudah ada kerjasama dengan pihak luar atau instansi (pengadaan sumur bor),Belum ada kelompok siaga kekeringan,SDA: Tidak ada sumber mata air diwilayah desa bagik manis ,Tidak ada penangkap air hujan berupa embung,Belum ada upaya konservasi diwilayah yang berpotensi terdapat sumber mata air,Masyarakat sudah memiliki kemampuan dalam memilih tanaman tahan kering tapi lebih untuk dikomersilkan,Ada upaya reboisasi tapi belum maksimal,EKONOMI:Kesulitan akses permodalan terkait bencana kekeringan,Kemampuan masyarakat dalam menciptakan usaha selain pertanian dan perkebunan masih kurang,banyak yang berprofesi sebagai buruh tani atau perkebunan,Sudah ditinggalkannya lumbung pangan desa,BUMDES belum berjalan maksimal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ANGIN PUTTING BELIUNG

3.85

Berdasarkan  tingkat resiko ancaman dan tingkat resiko kerentanan dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki masyarakat, maka didapat sekor  3.85 yang artinya tingkat resiko bencana dari angin putingbeliung tergolong rendah

2.75

Letak geografis desa yang berdekatan dengan laut kulture desa yang berbukit-bukit, Frekuensi terjadinya angin putting beliung didesa bagik manis hampir setiap tahun dengan kerusakan terparah pada tahun 2015. Intensitas angin putting beliung tergolong tinggi karena merusak pemukiman,lahan pertanian dan lahan perkebunan .Dampak dan luasan dampak yang ditimbulkan akibat angin putting beliung:

Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat milik 3 KK 12 jiwa, dusun bagik lauq 10 unit rusak ringan milik 15 KK 60 jiwa,bagik dalam 7 unit rusak ringan milik 7 KK 28 jiwa,bagik daya 1 unit rusak berat, 8 unit rusak ringan  milik 9 KK 36 jiwa dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan milik 5 KK 20 jiwa

Merusak tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan mangga 500 pohon Total kerugian akibat angin putting beliung sebesar Rp. 5.435.500.000 dengan rincian, Rumah: dsn bagik luar Rp. 150.000.000, dsn bagik lauq Rp. 200.000.000

dsn bagik dalem Rp. 140.000.000, dsn bagik daya Rp. 210.000.000

dsn bagik tengak Rp.100.000.000

2.1

Keadaan bangunan perumahan,Permanen 250 Unit,Semi permanen 241 Unit,Rumah serba guna 227 Unit,SOSIAL: Bergotong royong membersihkan puing-puing rumah,Sosialisasi tentang bencana angin putting beliung,Rambu-rambu evakuasi,Wabah penyakit,SDA:Pohon-pohon besar dipemukiman, Letak wilayah didataran tinggi dan dekat daerah pantai,Kulture desa yang berbukit-bukit,Letak lahan sawah dan ladang didataran tinggi,Perubahan iklim,EKONOMI: Bantuan dari swadaya masyarakat,Adanya alternatif lain untuk tambahan ekonomi.

1.5

Letak Wilayah berada didataran tinggi atau didaerah perbukitan,Model perumahan yang jaraknya agak renggang,Rata-rata bangunan rumah permanen,SOSIAL: Tingkat gotong royong pasca bencana masih rendah,Respon Pemdes terhadap bencana cukup tinggi tetapi perdes belum ada,Belum dibangun kerjasama dengan pihak luar dalam mengatasi masalah putting beliung,Belum terbentuknya TSBD,SDA:Kondisi wilayah yang berbukit,Adanya perubahan iklim,Banyaknya rumah yang berada dibawah pohon-pohon besar,EKONOMI: Masyarakat belum terbiasa dengan tabungan siaga bencana,Bantuan dari pihak luar masih terbatas,Sumber pendapatan masyarakat masih tergantung dari hasil pertanian dan perkebunan,Akses permodalan terbatas atau bumdes belum berjalan secara maksimal.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

CATATAN :

Tingkat Resiko Bencana Rendah 1/3 < 3

Tingkat Resiko Bencana Sedang3 - < 6

Tingkat Resiko Bencana Tinggi< 6 – 9

 

                                                             

Tingkat Rsiko Bencana(TRB)                  =              ancaman x kerentana

       kapasitas

 

TRB Banjir                                           =   ancaman x kerentana        = 5.0 tingkat resikonya sedang

    kapasitas

 

TRB Kekeringan                                  =     ancaman x kerentana      = 6.7 tingkat resiko tinggi

       kapasitas

 

TRB Angin Kencang                             =     ancaman x kerentana      = 3.9 tingkat resiko rendah

       kapasitas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rencana Aksi Mitigasi Bencana

 

Berdasarkan gagasan yang sudah diangkat oleh masyarakat, kemudian dikembangkan ke dalam matriks perencanaan aksi mitigasi bencana sebagaimana dapat dilihat pada halaman berikut ini.

No

Ancaman

Kegiatan

Target

Waktu

Lokasi

Penangung jawab

Pihak Pendukung

Bentuk Dukungang

1

BANJIR

Pembuatan sarana irigasi

10.000.000 M

Bulan Mei-Oktober

 

 

 

 

Semua dusun di Desa Bagik Manis sambelia

 

 

 

 

Pemdes

 

 

 

 

 

 

 

Pemdes, pemda,pemprof, kehutanan

 

 

 

 

 

Fasiitasi,dana dan bibit

 

 

 

 

 

 

Normalisasi sungai sambelia

1.000.000 M

Irigasi pemukiman jalan raya

6.000.000 M

Pembuatan gorong-gorong

30.000 M

Pengadaan mobil sampah

1 Unit

Penyuluhan tentang pengurangan resiko bahaya banjir

 

Penghijauan

10.000 bibit

Desember-februari

 

No

Ancaman

Kegiatan

Target

Waktu

Lokasi

Penanggung jawab

Pihak Pendukung

Bentuk Dukungang

2

KEKERINGAN

Pembuatan sumur bor

20 Unit

Mei-Oktober

Semua dusun

Pemdes

Pemdes,pemda,pemprof

fasilitasi dan dana

Pembuatan DAM penampung air hujan

1 Unit

Dsn bagik daya

Pemeliharaan dan pelebaran saluran irigasi yang sudah ada

3.200 m

Semua dusun

Pembuatan Bak penampung air per RT

21 Unit

Semua dusun

No

Ancaman

Kegiatan

Target

Waktu

Lokasi

Penangung jawab

Pihak Pendukung

Bentuk Dukungang

 

3

ANGIN KENCANG

Membersihkan, mengurangi ranting-ranting pohon dirumah penduduk

2 X setahun

Mei-Oktober

Semua dusun

Pemdes

Pemdes dan Pemda

Fasilitasi dan dana

 

Penyuluhan tentang perubahan cuaca

tiap tahunnya

 

Pembuatan TSBD

 

 

 

 

 

 

 

Tanaman pangan lokal

 

 

 

 

 

 

 


BAB IV

PENUTUP

 

Kesimpulan

Dari hasil kajian yang telah dilakukana di Desa Bagik Manis yang meliputi 3 jenis kebencanaan maka dapat disimpulkan beberpa hal antara lain:

·            Bencana banjir masih menjadi ancaman bagi masyarakat Desa Bagik Manis mengingat letak georafis Desa Bagik Manis dilewati oleh beberpa buah sungai yang dibagian hulu. Hulu dari  sungai tersebut merupakan daerah tangkapan air pada musim hujan Pada saat terjadi hujan lebat, air hujan akan terkumpul dihulu dan mengalir deras ke kedua sungai tersebut.

·            Sedimentasi yang terjadi di daerah hilir telah menutup aliran banjir untuk sampai ke laut. Akibatnya, pada saat terjadi banjir, aliran air terpecah dan menyebar sehingga menggenangi lahan-lahan pertanian dan merusak tanaman yang ada di dalamnya.

·            Belum ada upaya yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan resapan air di daerah hulu dan mengendalikan aliran banjir di daerah hilir agar banjir bisa langsung ke laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan areal pertanian

·            Bencana berupa kekeringan terjadi setiap tahunnya mengingat bulan hujan terjadi sekitar 3 sampai 4 bulan dengan daerah yang miring dan tanah yang poros sehingga tidak memungkinkan untuk air mengendap lama sehingga terjadi kekeringan untuk itu upaya yang akan dilakukan adalah lebih banyak ke arah konservasi dan reboisasi. Dengan demikian diharapakan akan terjadi kelembaban dan munculnya mata air-mata air kecil yang bisa dimamfaatkan oleh masyarakat.

·            Belum ada upaya-upaya atau penerapan teknologi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi kekurangan air guna mendukung pengembangan pertanian, membuat bak penampung air hujan, sistem irigasi tetes, dll. Teknologi yang telah diterapkan adalah pembuatan sumur bor itupun bantuan pemerintah yang jumlahnya baru 3 unit sementara kebutuhan cukup banyak. Penggunaan sumur bor juga membutuhkan biaya yang cukup besar karena harus membeli solar belum lagi kalau lokasi ladang yang berjarak cukup jauh dari lokasi sumur bor.

·            Angin kencng perlu diwaspadai pada bulan-bulan tertentu mengingat desa Bagik Manis tidak terlalu jauh dengan daerah pantai agar dampak angina kencang dapat diminimalisir.

·            Keterbatasan pengetahuan masyarakat untuk antisifasi datangnya Angin Kencang.

 

 

 

 

 

 

 

LAMPIRAN

 

 

                                               

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lampiran 1 : Bagan Alur Sejarah Kebencanaan Desa Bagik Manis

Analisis Alur Sejarah Kebencanaan Desa Bagik Manis

Tahun

Jenis Bencana

Intensitas

Frekuensi

Dampak

Respon yang Dilakukan

skala Prioritas

 

2016

 banjir

intensitasnya tinggi terjadinya selang satu tahun dari 2012,2014, dan 2016. selang setahunnya lagi hanya banjir sedang. Melanda hampir setia dusun yang ada di kecamatan sambalia. Banjir ini disebabkan karena banyaknya pembukaan lahan di dataran tinggi dan kurangnya terasering di daerah dataran tinggi. sempitnya saluran air dan pendangkalan sungai.

terjadinya hampir setiap tahun pada musim hujan desember-februari

Rusaknya infrastruktur: jalan ±500 M, 2 unit jambatan kabupaten, lahan pertanian: bagek dalam 150 Ha, bagik lauk 95 Ha. Bagik lauk, 95 Ha, bagek tengak 50 Ha, bagek daya 70 Ha. Saluran irigasi 1 unit luasan dampak ±200 M dan terputusnya saluran perpipaan dengan luasan dampak 250 m.

masyarakat melakukan gotong royong dan melakukan penimbunan jambatan secara swadaya.

 

 

 

2015

Angin putting beliung

setiap tahun, sedang hanya menyebabkan kerusakan ringan

Hampir terjadi setiap tahun

Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat, dusun bagik lauq 10 unit rusak ringan,bagik dalam 7 unit rusak ringan,bagik daya 1 unit rusak berat, 8 unit rusak ringan dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan. Merusak tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan mangga 500 pohon

Masyarakat melakukan gotong royong secara memangkas pohon-pohon besar yang membahayakan

 

 

 

1971

Kebakaran

Hanya terjadi 1 kali dengan intensitas rendah

 

Membakar pemukiman dan lumbung padi sehingga masyarakat kekurangan makanan

gotong royong membangun tempat tinggal sementara

 

 

1994

Erupsi gunung

Dengan intensitas rendah

Hanya terjadi 1 kali

Penyakit ISPA, merusak lahan pertanian atau gagal panen tembakau, padi, jagung dan cabai

 

 

 

 

Kekeringan

Intensitas tinggi karena debit air kurang dari perpipaan dan sumur bor hanya untuk irigasi, bagik lauq 2 unit dan bagik tengak 1 unit

Setiap tahun. Mei-Desember

Kekurangan air bersih, kerugian lahan pertanian tembakau,jagung,padi dan cabai

Tidak ada respon

 

 


Lampiran 2 : Hasil Kajian Risiko Bencana Desa Bagik Manis

1.     Analisis Aancaman Bencana Banjir

 

Jenis Ancaman

Identifikasi Ancaman

skor

Skor Rata-rata

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

BANJIR

probabilitas dan penyebab

berdasarkan kurun waktu 10 tahun terahir dan letak desa yang berada di bawah perbukitan dengan kemiringan tanah yang tinggi memungkinkan terjadinya setiap musim hujan yang intensitasnya tinggi.

3

3

saluran air tidak mampu menampung debit air yang turun dari bukit sehingga meluap dan merusak bantaran sungai.

3

pendangkalan sungai dan pembukaan lahan di daerah perbukitan.

3

Frekuensi dan Intensitas

dari 10 tahun terahir terjadinya pada tahun 2012,2014,2016 selang satu tahun pada bulan penghujan dengan intensitas tinggi

3

3

intensitas tinggi karena merusak akses jalan, jembatan, dan menggerus sebagian lahan persawahan dan merendam lahan ladang.

3

masyarakat kekurangan air minum karena tercampur dengan air banjir.

3

Dampak dan luasan dampak

Lahan yang terendam: bagek dalam 150 Ha, bagik lauk 95 Ha. Bagik lauk, 95 Ha, bagek tengak 50 Ha, bagek daya 70 Ha.

3

2,5

sarpras: jalan 500 M, Jembatan 2 Unit, Saluran irigasi 200 Mdan perpipaan untuk air bersih 250 M

2

Korban

4 orang

3

3

Kerugian

Total kerugian akibat banjir diperkirakan sebesar RP. 5.910.250.000 dengan rincian:

 

1,6

Lahan pertanian: bagik lauq RP. 665.000.000

3

                                   Bagik daya Rp. 635.000.000

                                   Bagik dalam Rp. 1.050.000.000

                           Bagik tengak+luar Rp. 350.000.000

Saluran irigasi Rp. 160.000.000

1

Saluran pipa air bersih+water meter Rp. 76.750.000

2

Jalan sepanjang 500 M dengan taksiran kerugian Rp. 35.000.000  dan 2 unit jambatan dengan taksiran Rp. 75.000.000

1

Sawah tanaman padi Rp. 2. 664.000.000

1

 

RATA-RATA

 

2,62

 

TINGKAT ANCAMAN

 

Tinggi

 

 

 

 

 

Analisis Kerentanan Bencana Banjir

Jenis Ancaman

Identifikasi Kerentanan

Skor

Skor Rata-rata

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

BANJIR

Aspek fisik

Kondisi Sungai yang sempit dan sudah mengalami kedangkalan.

1

2.6

Saluran air yang tidak memadai

3

Belum ada tempat evakuasi secara khusus

3

Fasilitas air bersih masih mengandalkan perpipaan yang dikelola dusun

3

Belum ada jebakan air atau embung didaerah hulu

3

 

 

Aspek sosial

Berkurangnya tradisi gotong royong dalam mengatasi bencana

2

2.5

Belum ada team siaga bencana desa

3

Terdapat kelompok rentan terhadap banjir : bayi___orang, bumil___orang,manula/lansia____orang,cacat___orang

2

Kearifan lokal bila terjadi keadaan darurat (kentongan/corong dimasjid)

2

Aspek Sumber daya Alam

Kondisi Curah Hujan tinggi terjadi pada tahun 2002,2014,2016,2017

3

3

Jarak sumber air yang jauh (perpipaan)

3

Jenis tanah berbatu dengan kemiringan yang cukup tinggi

3

Sungai dan saluran air yang berdekatan dengan lahan pertanian

3

 

 

Aspek ekonomi

Sumber pendapatan masyarakat adalah bertani

3

2,8

masih banyak yang menjadi buruh tani

3

Belum ada dukungan dari pihak luar

3

Belum ada BUMDES

2

Akses permodalan pasca banjir masih terbatas

3

Belum ada lumbung pangan

3

 

 

Rata2

 

2.72

 

Tingkat kerentanan :  

 

Tinggi

 

 

 

 

Analisis Kapasitas Bencana Banjir

Jenis Ancaman

Idenditifikasi Kapasitas

Skor

Skor  Rata-rata

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

BANJIR

Aspek Fisik

Belum ada upaya secara swadaya dalam mengelola DAS dan saluran irigasi

1

1,2

Sudah ada 3 unit sumur bor untuk mengairi sawah  tapi belum di manfaatkan untuk air bersih rumah tangga

2

Sumber mata air hanya satu dan bila terjadi banjir, sering terjadi pecah atau rusaknya jalur pipa  sehingga tergantung dari bantuan

1

belum ada bangunan jebakan air

1

 

Pengadaan terassering

1

 

Aspek Sosial

Tingkat kerukunan masih baik, tapi budaya gotong royong sudah mengalami penurunan

1

1,8

Kemampuan masyarakat masih terpokus pada kegiatan pasca banjir

1

Perdes dan Protap tentang bencana belum ada

1

Belum terbentuk TSBD

1

 

belum ada pemetaan lokasi rawan banjir

1

 

Aspek SDA

Saluran irigasi yang terdampak masih belum diperbaiki

1

1

Hutan didaerah hulu sudah banyak yang gundul

1

Telah dilakukan Kegiatan reboisasi tapi belum maksimal

1

 

 

 

Aspek ekonomi

Hanya bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan, belum ada pengembangan usaha lain

2

1.65

Belum ada tabungan siaga bencana

1

Modal usaha BUMDES belum memadai

2

Akses modal untuk merepitalisasi ekonomi pasca banjir masih terbatas

1

 

 

RATA-RATA

 

1.4

 

 

TINGKAT KAPASITAS

 

Rendah

 

 

 

 

 

2.     Analisis Aancaman Kekeringan

 

Analisis Ancaman

Identifikasi Ancaman

skor

Skor Rata-rata

Jenis Ancaman

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

Kekeringan

probabilitas dan penyebab

Kekeringan masih mungkin terjadi, mengingat kebiasaan bulan hujan relatif lebih pendek yaitu dari bulan Desember-April, dengan intensitas tinggi Desember-Januari,  sehingga menyebabkan musim kemarau lebih panjang sekitar 7 bulan

3

3

Masih banyaknya penebangan liar di kawasan hutan tanpa adanya usaha konservasi

3

 

Frekuensi dan Intensitas

Kekeringan terjadi setiap tahun selama 7 bulan dari bulan Mei-November

3

3

Intensitas kekeringan tergolong tinggi mengingat musim kemarau yang relatif panjang ±7 bulan

3

 

Dampak dan luasan dampak

Dampak yang ditimbulkankan adalah rusak atau berkurangnya hasil panen masyarakat pada komoditas tembakau,padi,jagung dan cabai

3

 

luas dampak tembakau 10 Ha, Padi 61 Ha,Jagung 140 Ha dan Cabai 10 Ha dengan total 221 Ha

3

3

Kerugian

Kerugian akibat kekeringan:

 

3

Tembakau                           Rp. 700.000.000

3

Padi                                  Rp. 8.784.000.000

3

Jagung                           Rp. 11.900.000.000

3

Cabai                                   Rp. 450.000.000

3

Jadi Total Kerugian = Rp 21.834.700.000,-

 

RATA-RATA

 

3

TINGKAT ANCAMAN

 

Tinggi

 

 

 

 

 

 

 

 

Analisa Kerentanan Bencana Kekeringan

Jenis Ancaman

Identifikasi Kerentanan

Skor

Skor Rata-rata

 

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

Kekeringan

Aspek fisik

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah

3

2,75

Sudah ada 3 unit Sumur Bor untuk irigasi

2

Tidak ada kolam penampungan air hujan di masing-masing ladang

3

Sumber air bersih hanya perpipaan yang dikelola dusun

3

Aspek sosial

belum ada aksi kolektif dari masyarakat dalam mengatasi kekeringan atau swadaya dalam membuat sumur bor

3

2.75

Belum ada Team siaga bencana

3

belum ada perdes atau protap tentang upaya mengatasi kekeringan

3

sudah ada kerjasama dengan instansi /pihak luar dalam mengatasi kekeringan khususnya dalam pembuatan sumur bor

2

Aspek Sumber daya Alam

Belum ada upaya konservasi disekitar wilayah yang berpotensi memiliki mata air

3

2

Belum ada usaha membangun tangkapan air hujan berupa embung untuk digunakan dimusim kemarau

3

Jumlah mata air hanya 1 dengan jarak 3 Km

3

Kondisi lahan kritis di hulu sangat mengkhawatirkan

3

Tanaman tahan kering yang ditanami sengon,jambu mente,mangga dan sonokling

2

Aspek Ekonomi

Belum ada tersedia dana bagi masyarakat untuk penanggulangan bencana kekeringan

3

2.9

Sudah ada bantuan dari pihak luar dalam mangatasi kekeringan (sumur bor)

2

tidak ada sumber pendapatan selain tani dan perkebunan

2

Belum ada pengembangan usaha rumah tangga

3

BUMDES masih belum maksimal

2

Tidak ada lumbung pangan desa

3

Rata2

 

2,8

 

Tingkat kerentanan :  

 

Tinggi

 

 

Analisa Kapasitas Bencana Kekeringan

ANALISIS KAPASITAS

Idenditifikasi Kapasitas

Skor

Skor  Rata-rata

Jenis Ancaman

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

 

 

KEKERINGAN

Aspek Fisik

Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah

1

1,2

 

 

Sudah ada 3 sumur bor, 1 belum bisa dimanfaatkan

2

 

 

Belum ada penampungan air hujan baik itu diperumahan ataupun ladang

1

 

 

Sumber air bersih mengandalkan sumber mata air diwilayah desa sambelia dengan debit air yang kecil pada musim kemarau

1

 

Aspek Sosial

Belum ada aksi kolektif dalam mengatasi kekeringan

1

1,2

 

 

Belum ada Perdes dan Protap tentang bahaya kekeringan

1

 

 

Tingkat kemandirian masyarakat dalam mengatasi kekeringan masih rendah

1

 

 

Sudah ada kerjasama dengan pihak luar atau instansi (pengadaan sumur bor)

2

 

 

Belum ada kelompok siaga kekeringan

2

 

Aspek SDA

Tidak ada sumber mata air diwilayah desa bagik manis

1

1,4

 

Tidak ada penangkap air hujan berupa embung

1

 

Belum ada upaya konservasi diwilayah yang berpotensi terdapat sumber mata air

1

 

Masyarakat sudah memiliki kemampuan dalam memilih tanaman tahan kering tapi lebih untuk dikomersilkan

2

 

Ada upaya reboisasi tapi belum maksimal

2

 

Aspek Ekonomi

Kesulitan akses permodalan terkait bencana kekeringan

1

1.4

 

Kemampuan masyarakat dalam menciptakan usaha selain pertanian dan perkebunan masih kurang

2

 

banyak yang berprofesi sebagai buruh tani atau perkebunan

1

 

Sudah ditinggalkannya lumbung pangan desa

1

 

BUMDES belum berjalan maksimal

2

 

 

 

 

 

 

 

 

Rata-Rata

 

1.25

 

 

Tingkat Kapasitas

 

Rendah

 

 

 

3.     Analisis Aancaman Angin Kencng

 

Analisis Ancaman

Analisis Ancaman

 

Identifikasi Ancaman

skor

Skor Rata-rata

Jenis Ancaman

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

 

 

Angin Kencang

Probabilitas                     dan Penyebab

Berdasarkan pengalaman dalam kurun waktu 10 tahun terakhir kemungkinan terjadinya angin putting beliung di desa bagik manis tinggi

3

2,75

Perubahan iklim

3

Letak geografis desa yang berdekatan dengan laut

3

kulture desa yang berbukit-bukit

2

Frekuensi dan Intensitas

Frekuensi terjadinya angin putting beliung didesa bagik manis hampir setiap tahun dengan kerusakan terparah pada tahun 2015

3

3

Intensitas angin putting beliung tergolong tinggi karena merusak pemukiman,lahan pertanian dan lahan perkebunan

3

Dampak dan luasan dampak

Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat, dusun bagik lauq 10 unit rusak ringan,bagik dalam 7 unit rusak ringan,bagik daya 1 unit rusak berat, 8 unit rusak ringan dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan

3

 

3

Merusak tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan mangga 500 pohon

3

Kerugian

Total kerugian akibat angin putting beliung sebesar Rp. 5.435.500.000 dengan rincian

3

 

Rumah: dsn bagik luar Rp. 150.000.000

3

3

                 dsn bagik lauq Rp. 200.000.000

                 dsn bagik dalem Rp. 140.000.000

                 dsn bagik daya Rp. 210.000.000

                dsn bagik tengak Rp.100.000.000

Tanaman: Jagung Rp. 2.960.000.000

                     Jambu mente Rp. 1.500.000.000

                      Mangga Rp. 175.500.000

 

 

RATA-RATA

 

2,93

 

 

TINGKAT ANCAMAN

 

Tinggi

 

 

 

 

Analisis Kerentanan

Jenis Ancaman

Identifikasi Kerentanan

Skor

Skor  Rata-rata

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

Angin Kencang

Aspek Fisik

Keadaan bangunan perumahan

 

2,3

Permanen 250 Unit

2

Semi permanen 241 Unit

2

Rumah serba guna 227 Unit

3

 

 

Aspek Sosial

Bergotong royong membersihkan puing-puing rumah

2

2,2

Sosialisasi tentang bencana angin putting beliung

2

Rambu-rambu evakuasi

3

 

Wabah penyakit

2

 

 

 

Aspek SDA

Pohon-pohon besar dipemukiman

2

2,6

Letak wilayah didataran tinggi dan dekat daerah pantai

3

Kulture desa yang berbukit-bukit

3

Letak lahan sawah dan ladang didataran tinggi

3

Perubahan iklim

2

Aspek ekonomi

Bantuan dari swadaya masyarakat

2

1,5

Adanya alternatif lain untuk tambahan ekonomi

1

 

RATA_RATA

 

2,1

 

TINGKAT KAPASITAS

 

RENDAH

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Analisis Kapasitas

ANALISIS KAPASITAS

 

Idenditifikasi Kapasitas

Skor

Skor  Rata-rata

Jenis Ancaman

Aspek penilaian

Kondisi wilayah

 

 

Angin Kencang

Aspek Fisik

Letak Wilayah berada didataran tinggi atau didaerah perbukitan

1

 

 

 

 

 

 

Model perumahan yang jaraknya agak renggang

1

1,28

 

 

Rata-rata bangunan rumah permanen

2

 

 

 

 

 

 

 

Aspek Sosial

Tingkat gotong royong pasca bencana masih rendah

1

1

 

 

Respon Pemdes terhadap bencana cukup tinggi tetapi perdes belum ada

1

 

 

Belum dibangun kerjasama dengan pihak luar dalam mengatasi masalah putting beliung

1

 

 

Belum terbentuknya TSBD

1

 

Aspek SDA

Kondisi wilayah yang berbukit

3

2,8

 

Adanya perubahan iklim

3

 

Banyaknya rumah yang berada dibawah pohon-pohon besar

2

 

Aspek Ekonomi

Masyarakat belum terbiasa dengan tabungan siaga bencana

2

1

 

Bantuan dari pihak luar masih terbatas

1

 

Sumber pendapatan masyarakat masih tergantung dari hasil pertanian dan perkebunan

1

 

Akses permodalan terbatas atau bumdes belum berjalan secara maksimal

1

 

 

RATA-RATA

 

1.5

 

 

TINGKAT KAPASITAS

 

Rendah

 

 

 

 

 

 

 

 

Lampiran 3

SKETSA LOKASI BENCANA DESA BAGIK MANIS

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lampiran 4

Photo kegiatan Kajian DRA desa Bagik Manis


           

Lampiran daftar Hadir Kegiatan Desa Bagik Manis

 

                                  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar