HASIL KAJIAN RISIKO BENCANA DI DESA BAGIK MANIS KECAMATAN SAMBELIA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
HASIL
KAJIAN RISIKO BENCANA
DI
DESA BAGIK MANIS
KECAMATAN SAMBELIA
KABUPATEN
LOMBOK TIMUR
Difasilitasi oleh:
TIM BPBD LOMBOK TIMUR DAN TIM
LPSDM
Kajian
ini dapat terlaksana atas kerjasama antara:
Pemerintah
Desa Madayin,
Badan
Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Lombok Timur,
Lembaga
Pengembangan Sumber Daya Mitra, Lombok Timur
dan
World Neighbors
Pengantar
Kajian
Risiko Bencana telah dilakukan di Desa Bagik Manis Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur
pada tanggal 10 – 11 Nopember
2017
Kajian ini menggunakan beberapa teknik dan metode, yaitu:
Alur Sejarah Bencana, Kalender Musim,
Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi Bencana, dan Analisis
Risiko Bencana. Jumlah peserta dari masyarakat yang hadir dalam kajian resiko bencana ini 19 orang ( 16 orang laki-laki dan 3 orang perempuan) yang
mewakili masyarakat , serta tokoh-tokoh masyarakat (tokoh agama, pemuda, dan
wanita).
Sebelum kajian dimulai, fasilitator memberikan pemahaman tentang
perubahan iklim dan pengurangan risiko bencana. Masyarakat diajak berdiskusi
tentang factor iklim, pemanasan global, gas rumah kaca,praktek-praktek masyarakat
yang menyebabkan perubahan iklim dan
dampak perubahan iklim. Melalui pemahaman inimasyarakat mudah menemu
kenali bencana-bencana yang dirasakan. Bahkan masyarakat menyadari bahwa
bencana yang dirasakan selama ini sebagian besar disebabkan oleh mereka sendiri
Mengawali
diskusi , fasilitator mengajak peserta untuk mengkaji mengenai
alur Sejarah Bencana
Hasil diskusi Alur Sejarah teridentifikasi 6 jenis
bencana penting yang pernah terjadi di Desa Bagik Manis . Berdasarkan
pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya becana tersebut untuk
dikaji lebih lanjut adalah: 1) Banjir, 2) Kekeringan, 3) Angin Kencang,
4) Kebakaran rumah, 5) Gunung Meletus.
Mengingat keterbatasan
waktu kajian maka hanya 3 jenis bencana yang dikaji Bersama
yaitu (Banjir, Kekeringan, Angin kencang) sedangkan Bencana gunung Meletus dan kebakaran rumah tidak
menjadi prioritas untuk dikaji.
Dari hasil Kajian Resiko Bencana tersebut diatas maka pada
tanggal 10-11 Nopember 2017
dilakukan pembahasan hasil kajian yang kemudian menghasilkan Rencana Aksi dalam rangka Adaptasi dan Mitigasi
terhadapbencana.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanasan global yang berdampak pada
perubahan iklim dan cuaca ekstrim telah
terjadi dalam beberapa tahun belakangan ini telah menimbulkan berbagai
kebingungan, baik di tingkat masyarakat maupun pemerintah. Perubahan tersebut
telah berdampak pada perubahan musim yang tidak bisa diprediksi. Bagi
masyarakat di Lombok yang mengandalkan sumber mata pencaharian pada sistem
pertanian lahan kering, pergeseran waktu curah hujan dan intensitas hujan yang
tidak menentu telah menyebabkan kegagalan panen (padi, jagung dan palawija
lainnya) di mana-mana. Kegagalan panen tersebut telah mengancam ketahanan
pangan di masyarakat dan juga penurunan sumber pendapatan petani dari hasil
tanaman umur panjang.
Selain telah mengancam, perubahan
iklim dan cuaca ekstrim yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini juga
telah menimbulkan berbagai bencana, antara lain banjir, angin kencang, kemarau
panjang dan longsor yang merusak lahan
pertanian, pemukiman, infrastruktur, dan lain-lain. Bencana-bencana tersebut
telah menjadikan masyarakat yang sudah cukup rentan, menjadi semakin rentan.
Perubahan iklim dan cuaca ekstrim
sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh perilaku manusia yang kurang bersahabat
dalam menjaga daya dukung lingkungan. Namun sayangnya, banyak masyarakat yang
tidak memahami secara utuh tentang komponen-komponen iklim, perubahan-perubahan
yang terjadi serta faktor-faktor yang telah menyebabkan perubahan tersebut.
Karena ketidakpahaman tersebut, perilaku yang dikembangkan bahkan masih
mengancam kelestarian lingkungan dan mendorong perubahan iklim yang lebih
besar. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya-upaya untuk membangun pemahaman
bersama para pihak tentang iklim, perubahan yang terjadi, dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya perubahan tersebut.
Perlu juga dibangun pemahaman bersama
bahwa penanggulangan bencana membutuhkan peran aktif berbagai pihak
(pemerintah, LSM, organisasi masyarakat, dll) secara terpadu dan bersama-sama
untuk melakukan tindakan – baik tindakan mitigasi maupun adaptasi – agar dampak
negatif dari perubahan iklim dan bencana yang terjadi bisa diminimalkan.
Masyarakat perlu mengembangkan
rencana aksi di tingkat desa guna menyikapi perubahan iklim, termasuk
menurunkan risiko dan meningkatkan kapasitas masyarakat jika bencana-bencana
yang diprediksikan benar-benar terjadi. Rencana aksi tersebut perlu
dikomunikasikan secara aktif oleh masyarakat kepada pemerintah, dan pemerintah
wajib merespon kebutuhan masyarakat tersebut. Dengan demikian, dapat
meningkatkan ketahanan masyarakat dari sejak awal dan mencegah dampak yang
lebih besar dari bencana.
Karena itulah dilakukan kajian
perubahan iklim dan bencana yang melibatkan seluruh lapiasan masyarakat
sehingga bisa membangun pemahaman bersama para pihak dalam menyikapi perubahan
iklim dan penanggulangan bencana.
Tujuan
Kajian Perubahan Iklim dan
Resiko Bencana ini bertujuan untuk:
1.
Membangun pemahaman masyarakat tentang iklim, proses
perubahan iklim dan akibat yang ditimbulkannya.
2.
Mendapatkan
impormasi tentang jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di desa selama kurun
waktu sekitar 10 tahun terahir
3.
Melakukan
kajian- kajian terhadap setiap jenis bencana yang pernah terjadi, yang meliputi
: kemungkinan terjadinya lagi bencana tersebut, tingkat ancamannya, tingkat
kerentenannya, serta kapasitas yang dimiliki dalam menghadapi setiap bencana .
4.
Membuat
rencana aksi yang memungkinkan untuk dilaksanakan dalam menghadapi bencana baik
secara swadaya maupun bantuan oleh pemerintah maupun pihak swasta (LSM)
5.
Membangun
komitmen bersama untuk bekerjasama dalam membangun kesiapsiagaan masyarakat dan
pemerintah dalam menghadapi bencana
6.
Masyarakat
lebih siap dalam menghadapi segala kemungkinan yang ditimbulkan akibat
terjadinya bencana
Keluaran
Keluaran
yang ingin dicapai dari Kajian ini adalah:
1.
Tersedianya
data/informasi mengenai berbagai jenis bencana yang perlu mendapat perhatian
dari semua pihak.
2.
Diketahui
kemungkinan akan terjadinya bencana, ancaman serta kerawanan yang akan timbul
bila terjadi bencana dan masyarakat mengetahui kemampuan yang dimiliki atau
kapasitasnya dalam menghadapi setiap bencana.
3.
Adanya
rencana aksi yang akan dilakukan oleh masyarakat dalam mempersiapkan diri
menghadapi kemungkinan terjadinya bencana
4.
Adanya
kesiapan masyarakat dalam membuat aturan-aturan dalam menangani bencana
5.
Ada
komitmen bersama untuk membangun kerjasama dalam upaya adaptasi dan mitigasi
perubahan iklim dan membangun kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana
BAB II
PROFIL DESA BAGIK MANIS
Gambaran Umum
Desa Bagik Manis merupakan salah satu desa dari 11 (sebelas) desa yang ada di wilayah adminstratif
Kecamatan Sambelia
Kabupaten Lombok Timur dengan luas wilayah 12,45 km3, yang berupa tanah pertanian
sedangkan sebagiannya berupa tegalan, pekarangan dan pemukiman penduduk, dengan
tofografi berbukit. Terletak pada ketinggian 72 m/dpl, dengan tofografi berbukit dan bergelombang, serta iklim tropis
yang memiliki 2 (dua) musim yaitu : musim hujan dan musim kemarau. Curah
hujan rata-rata mencapai 692mm/th terjadi
pada bulan Desember sampai
Mei dan musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai November. Batas wilayah desa Bagik Manis
Sebelah Utara berbatasan dengan
Desa Sugian
Sebelah Selatan berbatasan Desa Sambelia
Sebelah Timur berbatasan
Desa Sugian/Lb. Pandan
Sebelah Barat
berbatasan Kawasan Hutan TNGR
A.
POTENSI SUMBER DAYA ALAM
POTENSI UMUM
1. Luas wilayah menurut
penggunaan
Luas pemukiman |
101,24 ha/m2 |
Luas persawahan |
408,84ha/m2 |
Luas perkebunan |
9,65 ha/m2 |
Luas kuburan |
1,12 ha/m2 |
Luas Ladang |
12,4 ha/m2 |
Luas pekarangan |
103,84 ha/m2 |
Luas taman |
- ha/m2 |
Luas Perkantoran |
1,95 ha/m2 |
Luas prasarana umum lainnya |
2,03 ha/m2 |
Luas Hutan Negara |
604,08 ha/m2 |
Total luas |
1.245,15 ha/m2 |
TANAH SAWAH |
|
|
|
Sawah irigasi teknis |
377,45 ha/m2 |
|
|
Sawah irigasi ½ teknis |
31,39 ha/m2 |
|
|
Total luas |
408,84 ha/m2 |
|
|
|
|||
TANAH KERING |
|
|
|
Tegal/ladang |
12,4 ha/m2 |
|
|
Pemukiman |
101,24 ha/m2 |
|
|
Pekarangan |
103,84 ha/m2 |
|
|
Total luas |
217,48 ha/m2 |
|
|
|
|
|
|
TANAH PERKEBUNAN |
|
|
|
Tanah perkebunan perorangan |
9,65 ha/m2 |
|
|
Total luas |
9,65 ha/m2 |
|
|
TANAH FASILITAS UMUM |
|
|
|
a. Tanah bengkok |
4,25 ha/m2 |
|
|
b. Tanah titi sara |
- ha/m2 |
|
|
Lapangan olahraga |
1,15 ha/m2 |
|
|
Perkantoran pemerintah |
0,14 ha/m2 |
|
|
Tempat pemakaman desa/umum |
1,12 ha/m2 |
|
|
Bangunan sekolah/perguruan tinggi |
1,81 ha/m2 |
|
|
Jalan |
4,56 ha/m2 |
|
|
Total luas |
13,03 ha/m2 |
|
|
|
|
|
|
TANAH HUTAN |
|
|
|
Hutan lindung |
378,58 ha/m2 |
|
|
Hutan produksi |
225,5 ha/m2 |
|
|
a. Hutan produksi tetap |
225,5 ha/m2 |
|
|
b. Hutan produksi terbatas |
- ha/m2 |
|
|
Total luas |
604,08 ha/m2 |
|
|
2. Iklim
Curah hujan |
1.131,6 Mm |
Jumlah bulan hujan |
5 bulan |
Kelembapan |
- |
Suhu rata-rata harian |
33 0C
|
Tinggi tempat dari permukaan laut |
100 mdl |
|
|
3. Jenis
Dan Kesuburan Tanah
Warna tanah (sebagian besar) |
hitam |
Tekstur tanah |
Lampungan |
Tingkat kemiringan tanah |
22
derajat |
Lahan kritis |
56 ha/m2 |
Tingkat erosi tanah |
|
Luas tanah erosi ringan |
33
ha/m2 |
Luas tanah erosi berat |
13
ha/m2 |
4. Topografi
Bentangan wilayah |
|||
Desa berbukit-bukit |
Ya |
- ha/m2 |
|
Desa dataran
tinggi/pegunungan |
Ya |
1.245,15 ha/m2 |
|
Desa/kelurahan
kawasan campuran |
Ya |
641,07 ha/m2 |
|
Desa kawasan hutan |
Ya |
604,08 ha/m2 |
|
Orbitasi |
|
|
|
Jarak ke ibu kota kecamatan |
3Km |
||
Lama jarak tempuh ke ibu kota
kecamatan dengan kendaraan bermotor |
0,1Jam |
||
Lama jarak tempuh ke ibu kota
kecamatan dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor |
0,5 Jam |
||
Kendaraan umum ke ibu kota kecamatan |
98 unit |
Ada |
|
Jarak ke ibu kota kabupaten/kota |
50 Km |
||
Lama jarak tempuh ke ibu kota kabupaten
dengan kendaraan bermotor |
1 Jam |
||
Lama jarak tempuh ke ibu kota
kabupaten dengan berjalan kaki atau kendaraan non bermotor |
30 Jam |
||
Kendaraan umum ke ibu kota
kabupaten/kota |
.... unit
|
Ada |
|
|
|
||
Jarak ke ibu kota provinsi |
100 Km |
||
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi
dengan kendaraan bermotor |
2 Jam |
||
Lama jarak tempuh ke ibu kota provinsi
dengan berjalan kaki atau kendaraan
non bermotor |
60 Jam |
||
Kendaraan umum ke ibu kota provinsi |
....unit |
Ada |
|
Pertanian
Tanaman Pangan
a)
Pemilikan
Lahan Pertanian Tanaman Pangan
Jumlah keluarga memiliki tanah pertanian |
164 keluarga |
Tidak memiliki |
588 keluarga |
Memiliki kurang 1 ha |
107 keluarga |
Memiliki 1,0 – 5,0 ha |
55 keluarga |
Memiliki 5,0 – 10 ha |
2 keluarga |
Memiliki lebih dari 10 ha |
- keluarga |
Jumlah total keluarga petani
|
752 keluarga |
b)
Luas
tanaman pangan menurut komoditas pada
tahun ini
Jagung |
152,57 Ha |
930,40 Ton/ha |
Padi sawah |
408.84 Ha |
208.420 Ton/ha |
Padi ladang |
86,35 Ha |
293,52 Ton/ha |
Cabe |
7,10 Ha |
27,40 Ton/ha |
|
|
|
PERKEBUNAN
Kepemilikan
Lahan Tanaman Buah-buahan
Jumlah keluarga memiliki tanah
perkebunan |
21 keluarga |
Tidak memiliki |
721 keluarga |
Memiliki kurang dari 5 ha |
21 keluarga |
Jumlah total keluarga perkebunan |
21 keluarga |
Kepemilikan Usaha Perkebunan
Yang Dimiliki Negara |
- |
Total Luas Perkebunan |
9,65 ha. |
KEHUTANAN
a)
Luas
Lahan Menurut Pemilikan
Milik Negara |
604,08 ha |
Total |
604,08 ha |
b)
Kondisi
Hutan
Kondisi Hutan |
Baik |
Rusak |
Total |
Hutan Bakau/mangrove |
- ha |
- ha |
- ha |
Hutan Produksi |
225,5 ha |
- ha |
225,5 ha |
Hutan Lindung |
378,58 ha |
- ha |
378,58 ha |
c)
Dampak
yang timbul dari pengolahan hutan
Pencemaran Udara |
Tidak |
Pencemaran Air |
Tidak |
Longsor/Erosi |
Tidak |
Bising |
Tidak |
Kerusakan biota/plasma
nuftah hutan |
Tidak |
Kemusnahan flora,fauna dan
satwa langka |
Tidak |
Hilangnya sumber mata air |
Ada |
Kebakaran hutan |
Tidak |
Terjadinya kekeringan/sulit
air |
Tidak |
Berubahnya fungsi hutan |
Tidak |
Terjadinya lahan kritis |
Tidak |
Hilangnya daerah tangkapan air (cacthment area) |
Tidak |
Musnahnya Habitat Binatang
Hutan |
Tidak |
SUMBER DAYA AIR
1.
Potensi Air dan Sumber Daya Air
Sungai |
Debit
sedang |
Mata Air |
Debit
kecil |
Bendungan/waduk/situ |
Tidak ada |
Embung-embung |
Tidak ada |
Jebakan air |
Tidak ada |
2.
Sumber
Air Bersih
Jenis |
Jumlah (Unit) |
Pemanfaat (KK) |
Kondisi
Baik/Rusak |
Mata air |
1 |
22 |
Baik |
Sumur gali |
- |
- |
- |
Sumur pompa |
- |
- |
- |
Hidran umum |
- |
- |
Baik |
PAM |
- |
- |
Baik |
Pipa |
3 |
816 |
Baik |
Sungai |
- |
- |
Baik |
Embung |
- |
- |
- |
Bak penampung air hujan |
- |
- |
- |
Beli dari tangki swasta |
- |
- |
- |
Depot isi ulang |
- |
- |
- |
Sumber lain |
- |
- |
- |
B.
POTENSI SUMBER DAYA
MANUSIA
1.
Jumlah Penduduk
Jumlah laki-laki |
1.257 orang |
Jumlah perempuan |
1.447 orang |
Jumlah total |
2.704 orang |
Jumlah kepala keluarga |
838 KK |
Kepadatan Penduduk |
217 per km |
|
|
2.
USIA
USIA |
LAKI-LAKI |
PEREMP. |
|
USIA |
LAKI-LAKI |
PEREMP. |
0-12 bulan |
28 orang |
36 orang |
|
39 tahun |
16 orang |
17 orang |
1 tahun |
- |
- |
|
40 |
14 orang |
17 orang |
2 |
24 orang |
29 orang |
|
41 |
14 orang |
15 orang |
3 |
12 orang |
17 orang |
|
42 |
13 orang |
14 orang |
4 |
10 orang |
16 orang |
|
43 |
12 orang |
16 orang |
5 |
26 orang |
32 orang |
|
44 |
13 orang |
17
orang |
6 |
34 orang |
40 orang |
|
45 |
16 orang |
15 orang |
7 |
26 orang |
31 orang |
|
46 |
16 orang |
13 orang |
8 |
23 orang |
29 orang |
|
47 |
12 orang |
14 orang |
9 |
32 orang |
39 orang |
|
48 |
12 orang |
16 orang |
10 |
27 orang |
32 orang |
|
49 |
14 orang |
17 orang |
11 |
27 orang |
30 orang |
|
50 |
14 orang |
17 orang |
12 |
30 orang |
35 orang |
|
51 |
11 orang |
14 orang |
13 |
34 orang |
41 orang |
|
52 |
14 orang |
13 orang |
14 |
35 orang |
41 orang |
|
53 |
14 orang |
17 orang |
15 |
38 orang |
46 orang |
|
54 |
13 orang |
13 orang |
16 |
14 orang |
18 orang |
|
55 |
13 orang |
14 orang |
17 |
14 orang |
18 orang |
|
56 |
11 orang |
14 orang |
18 |
16 orang |
21 orang |
|
57 |
13 orang |
15 orang |
19 |
28 orang |
23 orang |
|
58 |
12 orang |
13 orang |
20 |
17 orang |
22 orang |
|
59 |
11 orang |
12 orang |
21 |
18 orang |
24 orang |
|
60 |
7 orang |
7 orang |
22 |
20 orang |
24 orang |
|
61 |
7 orang |
8 orang |
23 |
16 orang |
20 orang |
|
62 |
8 orang |
8 orang |
24 |
20 orang |
25 orang |
|
63 |
8 orang |
8 orang |
25 |
14 orang |
16 orang |
|
64 |
9 orang |
9 orang |
26 |
13 orang |
16 orang |
|
65 |
7 orang |
8 orang |
27 |
17 orang |
18 orang |
|
66 |
7 orang |
8 orang |
28 |
13 orang |
17 orang |
|
67 |
6 orang |
7 orang |
29 |
13 orang |
14 orang |
|
68 |
6 orang |
6 orang |
30 |
15 orang |
16 orang |
|
69 |
8 orang |
5 orang |
31 |
13 orang |
17 orang |
|
70 |
5 orang |
8 orang |
32 |
13 orang |
16 orang |
|
71 |
8 orang |
7 orang |
33 |
14 orang |
15 orang |
|
72 |
7 orang |
7 orang |
34 |
15 orang |
15 orang |
|
73 |
7 orang |
9 orang |
35 |
16 orang |
19 orang |
|
74 |
7 orang |
7 orang |
36 |
19 orang |
21 orang |
|
75 |
8 orang |
6 orang |
37 |
16 orang |
16 orang |
|
76 keatas |
100 orang |
91 orang |
38 |
14 orang |
18 orang |
|
Total |
1.257 orang |
1.447 orang |
3.
PENDIDIKAN
TINGKATAN PENDIDIKAN |
LAKI-LAKI |
PEREMPUAN |
Usia 3-6 tahun
yang belum masuk TK |
65 orang |
85 orang |
Usia 3-6 tahun yang sedang TK/play group |
10 orang |
20 orang |
Usia 7-18 tahun yang tidak
pernah sekolah |
4 orang |
2 orang |
Usia 7-18 tahun yang sedang sekolah |
316 orang |
386 orang |
Usia 18-56 tahun tidak pernah sekolah |
56 orang |
97 orang |
Usia 18-56 thn pernah SD tetapi tidak tamat |
235 orang |
239 orang |
Tamat SD/sederajat |
205 orang |
342 orang |
Jumlah usia 12 – 56 tahun
tidak tamat SLTP |
55 orang |
38 orang |
Jumlah usia 18 – 56 tahun
tidak tamat SLTA |
35 orang |
65 orang |
Tamat SMP/sederajat |
95 orang |
120 orang |
Tamat SMA/sederajat |
77 orang |
87 orang |
Tamat D-1/sederajat |
1 orang |
1 orang |
Tamat D-2/sederajat |
2 orang |
2 orang |
Tamat D-3/sederajat |
2 orang |
3 orang |
Tamat S-1/sederajat |
15 orang |
20 orang |
Jumlah |
1.197 - orang |
1.490 - orang |
Jumlah Total |
2.587 - orang |
4.
MATA PENCAHARIAN POKOK
JENIS PEKERJAAN |
LAKI-LAKI |
PEREMPUAN |
|
Petani |
230
orang |
232
orang |
|
Buruh tani |
400
orang |
415
orang |
|
Buruh migran |
139
orang |
47
orang |
|
Pegawai Negeri Sipil |
3
orang |
4
orang |
|
Pengrajin industri rumah
tangga |
4
orang |
7
orang |
|
Pedagang keliling |
-
orang |
3
orang |
|
Peternak |
27
orang |
-
orang |
|
Montir / Sopir |
19
orang |
-
orang |
|
Pembantu rumah tangga |
-
orang |
14
orang |
|
TNI |
1
orang |
-
orang |
|
Pensiunan PNS/TNI/POLRI |
8
orang |
-
orang |
|
Pengusaha kecil dan menengah |
73
orang |
122
orang |
|
Dukun Kampung Terlatih |
-
orang |
3
orang |
|
Karyawan perusahaan swasta |
13
orang |
17
orang |
|
Tukang |
20
orang |
-
orang |
|
Pegawai Honorer |
8
orang |
12
orang |
|
Jumlah
Total Penduduk - orang |
5.
TENAGA KERJA
TENAGA KERJA |
LAKI-LAKI |
PEREMPUAN |
Penduduk usia 18-56 tahun |
572 orang |
666 orang |
Penduduk usia 18-56 th yg bekerja |
494 orang |
485 orang |
Penduduk usia 18-56 th yg tdk
bekerja |
78 orang |
181 orang |
Penduduk usia 0 – 6 tahun |
134 orang |
170 orang |
Penduduk masih sekolah 7-18 th |
316 orang |
386 orang |
Penduduk usia 56 tahun ke atas |
262 orang |
263 orang |
Angkatan kerja |
572 orang |
666 orang |
Jumlah |
834 orang |
929
orang |
|
|
930
|
Usaha Jasa Keterampilan |
Jumlah |
|
Tukang
Kayu |
20 orang |
|
Tukang
Batu |
2 orang |
|
Tukang
Jahit/Bordir |
1 orang |
|
Tukang
Service Elektronik |
1
orang |
|
C.
POTENSI KELEMBAGAAN
1.
Lembaga
Pemerintahan
PEMERINTAH
DESA/KELURAHAN |
||
Dasar hukum pembentukan
Pemerintah Desa / Kelurahan |
Ada |
Perda/Keputusan
Bupati |
Dasar hukum pembentukan BPD |
Ada |
Perda/Keputusan
Bupati |
Jumlah aparat pemerintahan
Desa/Kelurahan |
7
orang |
|
Jumlah perangkat
desa/kelurahan |
5
unit kerja |
|
Kepala Desa/Lurah |
Ada |
|
Sekretaris Desa/Kelurahan |
Ada |
|
Kepala Urusan Pemerintahan |
Ada–
Aktif |
|
Kepala Urusan Ekonomi &
Pembangunan |
Ada–
Aktif |
|
Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat |
tidak
|
|
Kepala Urusan Kesejahteraan
Rakyat |
tidak
– |
|
Kepala Urusan Administrasi
& Umum |
Ada–
Aktif |
|
Kepala Urusan Keuangan |
Ada–
Aktif |
|
Kepala Urusan Trantib |
Ada–
Aktif |
|
Jumlah Staf |
-
orang |
|
Jumlah Dusun di
Desa/Lingkungan di Kelurahan atau
sebutan lain |
3
Dusun |
|
Aktif |
||
Kepala Dusun Dasan Bajk
Dalam |
Aktif |
|
Kepala Dusun Dasan Bagik
Luar |
Aktif |
|
Kepala Dusun Dasan Bagik
Daya |
Aktif |
|
Tingkat Pendidikan Aparat
Desa/Kelurahan |
SD, SMP, SMA, Diploma, S1,
Pascasarjana |
|
Kepala Desa/Lurah |
SMA |
|
Sekretaris Desa/Kelurahan |
Diploma |
|
Kepala Urusan Pemerintahan |
SMA |
|
Kepala Urusan Ekonomi &
Pembangunan |
SMA |
|
Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat |
- |
|
Kepala Urusan Kesejahteraan
Rakyat |
SMA |
|
Kepala Urusan Administrasi
& Umum |
SMA |
|
Kepala Urusan Keuangan |
SMA |
|
Kepala Urusan Trantib |
SMA |
|
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA |
||
Keberadaan BPD |
Ada-aktif |
|
Jumlah Anggota BPD |
5 orang |
|
Pendidikan Anggota BPD |
SD, SMP, SMA, |
|
Ketua, Nama : SADARUDIN |
SMA |
|
Wakil Ketua, Nama : IBRAHIM |
SMP |
|
Sekretaris, Nama : MARWAN |
SMA |
|
Anggota, Nama
: NURISAH |
SMA |
|
Anggota, Nama
: SAHLIM |
SMP |
|
|
2.
Lembaga
Pendidikan
Pendidikan Formal
Nama |
Jmlh |
Status (Terdaftar,
terakreditasi) |
Kepemilikan |
Jumlah Tenaga
Pengajar |
Jumlah siswa/ Mahasiswa |
||
Pemerintah |
Swasta |
Desa / Kel. |
|||||
Play Group |
1 |
Terdaftar |
√ |
|
|
4 |
30 |
TK |
|
|
|
|
|
|
|
SD/sederajat |
1 |
Terakreditasi |
√ |
|
|
|
|
SMP/sederajat |
|
|
|
|
|
|
|
SMA/sederajat |
1 |
Terakreditasi |
√ |
|
|
|
|
PTN |
|
|
|
|
|
|
|
PTS |
|
|
|
|
|
|
|
SLB |
|
|
|
|
|
|
|
...................... |
|
|
|
|
|
|
|
D.
TIPOLOGI DESA/KELURAHAN
Desa/Kelurahan
Persawahan |
: |
Indikator
Unggulan : PADI |
Desa/Kelurahan
Perladangan |
: |
Indikator
Unggulan : JAGUNG |
Desa/Kelurahan
Peternakan |
: |
Indikator
Unggulan : KERBAU,KAMBING |
E.
PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN
a.
Jumlah Penduduk
Jumlah |
Jenis Kelamin |
|
|
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah penduduk tahun ini |
1.257 orang |
1.447 orang |
b.
Jumlah Keluarga
Jumlah |
KK Laki-laki |
KK Perempuan |
Jumlah Total |
Jumlah Kepala Keluarga tahun ini |
400 KK |
438 KK |
838 KK |
F.
KESEHATAN MASYARAKAT
a.
Kualitas Ibu Hamil
Jumlah ibu hamil |
86 orang |
Jumlah ibu hamil melahirkan |
64 orang |
Jumlah ibu nifas |
3 orang |
Jumlah ibu nifas hidup |
2 orang |
b.
Kualitas
Bayi
Jumlah keguguran kandungan |
1 orang |
Jumlah bayi lahir |
59 orang |
Jumlah bayi lahir mati |
3 orang |
Jumlah bayi lahir hidup |
56 orang |
Jumlah bayi mati usia 1 – 12 bulan |
3 orang |
c.
Cakupan
Imunisasi
Jumlah Bayi usia 2 bulan |
59 orang |
Jumlah bayi 2 bulan
Imunisasi DPT-1, BCG dan Polio -1 |
6 orang |
Jumlah bayi usia 3 bulan |
orang |
Jumlah bayi 3 bulan yang
imunisasi DPT-2 dan Polio-2 |
5 orang |
Jumlah bayi 4 bulan yang
imunisasi DPT-3 dan Polio-3 |
3 orang |
d.
Cakupan pemenuhan kebutuhan air
bersih
1.
Jumlah keluarga menggunakan sumur gali |
- |
2. Jumlah keluarga pelanggan
PAM |
- |
3. Jumlah keluarga
menggunakan Penampung Air Hujan |
- |
4.
Jumlah keluarga menggunakan sumur pompa |
- |
5.
Jumlah keluarga menggunakan perpipaan air kran |
804 keluarga |
6.
Jumlah keluarga menggunakan hidran umum |
- |
7.
Jumlah keluarga menggunakan air sungai |
- |
8.
Jumlah keluarga menggunakan embung |
- |
9.
Jumlah keluarga yang menggunakan mata air |
- |
10. Jumlah keluarga yang tidak mendapatkan akses
air minum dari air laut |
- |
11. Jumlah keluarga yang tidak mendapatkan akses
air minum dari sumber di atas |
- |
Total jumlah keluarga |
804 keluarga |
BAB III
METODOLOGI DAN PROSES KAJIAN DRA
Kajian ini menggunakan beberapa
teknik dan metode, antara lain Bagan Alur Sejarah Bencana, Bagan Peringkat
Bencana, Kalender Musim, Pemetaan Lokasi Bencana, Penelusuran Wilayah Lokasi
Bencana, dan Analisis Risiko Bencana.
Bagan alur sejarah digunakan
untuk mengidentifikasi jenis-jenis bencana yang pernah terjadi di Desa Bagik
Manis selama kurun waktu yang masih bisa
diingat oleh peserta. Untuk mengetahui tingkat urgensi dari bencana-bencana
yang pernah terjadi, dibuat bagan peringkat dengan menggunakan parameter
frekuensi kejadian, jumlah korban, kecenderungan akan terjadi lagi, luasan
dampak, dan nilai kerugian.
Kalender musim digunakan untuk
mengidentifikasi kembali pola distribusi curah hujan, kecepatan angin, dan suhu
udara; serta menarik hubungan antara komponen-komponen iklim tersebut dengan
tingkat keberhasilan pengembangan tanaman yang dilakukan oleh masyarakat di
Desa Bagik Manis
Pemetaan wilayah bencana
dilakukan untuk memetakan lokasi-lokasi kejadian bencana yang pernah terjadi.
Hasil pemetaan ditindaklanjuti dengan penelusuran wilayah (transek) untuk
menggali informasi lebih mendalam tentang bencana yang pernah terjadi di lokasi
tersebut.
Berdasarkan jenis-jenis bencana
yang teridentifikasi, dengan mempertimbangkan waktu yang ada dan jumlah peserta
yang terlibat dalam kajian, diambil 5 jenis bencana untuk diperdalam melalui
Analisis Risiko Bencana. Analisis risiko bencana menggunakan 3 faktor, yaitu
Ancaman, Kerentanan, dan Kapasitas. Masing-masing faktor dijabarkan ke beberapa
aspek. Setiap aspek dianalisis dengan menggunakan beberapa parameter yang
dikembangkan bersama masyarakat. Penilaian terhadap parameter-parameter yang
disepakati menggunakan sistem skoring dari 1 sampai 3, dimana 1 bermakna
kategori rendah, 2 untuk kategori sedang, dan 3 untuk kategori tinggi. Hasil
penilaian dari setiap parameter kemudian dicari nilai rata-rata secara
bertingkat mulai dari rata-rata pada tingkatan aspek dan akhirnya rata-rata
pada tingkat faktor.
Untuk masing-masing jenis
bencana, berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada masing-masing faktor,
dihitung Tingkat Risiko Bencana dengan rumus sebagai berikut :
Ancaman X Kerentanan
Tingkat Risiko Bencana = ---------------------------------
Kapasitas
Berdasarkan hasil perhitungan
tersebut, Tingkat Risiko Bencana dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut:
Skor Tingkat Risiko Bencana
1 s/d
< 3 Rendah
3 s/d
< 6 Sedang
6 s/d 9 Tinggi
Berdasarkan hasil analisis
risiko masing-masing jenis bencana, kemudian dikembangkan gagasan-gagasan yang
bisa dibuat di tingkat masyarakat. Gagasan-gagasan tersebut kemudian
dikembangkan menjadi rencana aksi di tingkat masyarakat.
BAB IV
HASIL KAJIAN DAN ANALISA TINGKAT RISIKO
BENCANA
Jenis
Bencana Dan Pemeringkatan
Berdasarkan alur sejarah,
teridentifikasi 5 jenis
bencana penting yang pernah terjadi di Desa Bagik Manis (
Banjir, Angin Kencang, Kebakaran, Gunung Meletus, Kekeringan ) Berdasarkan
pemeringkatan yang dilakukan, urutan tingkat pentingnya bencana tersebut mulai
dari tingkat kepentingan tertinggi sampai terendah adalah sebagai berikut:
1.
Banjir
Bandang
2.
Kekeringan
3.
Angin
Kencang
4.
Gunung
Meletus
5.
Kebakaran
Tingkat Risiko Bencana
Berdasarkan hasil analisis
risiko bencana terhadap 3 jenis
bencana yang dianggap paling oenting yaitu: Banjir Bandang,
Kekeringan, Angin Kencang, tingkat risiko masing-masing
bencana adalah sebagai berikut.
Jenis
Bencana Skor Tergolong
1.
Banjir
Bandang 5.0 Sedang
2.
Kekeringan 6.72 Tinggi
3.
Angin
Kencang 3.9 Rendah
Analisis Masing-Masing Jenis Bencana
1.
BANJIR
a.
Ancaman
·
Tingkat ancaman desa Bagik Manis terhadap banjir
tergolong Tinggi dengan skor rata-rata 2,62
·
berdasarkan kurun waktu 10 tahun terahir dan
letak desa yang berada di bawah perbukitan dengan kemiringan tanah yang tinggi
memungkinkan terjadinya setiap musim hujan yang intensitasnya tinggi.
·
saluran air tidak mampu menampung debit air yang
turun dari bukit sehingga meluap dan merusak bantaran sungai.
·
pendangkalan sungai dan pembukaan lahan di
daerah perbukitan.
·
dari 10 tahun terahir terjadinya pada tahun
2012,2014,2016 selang satu tahun pada bulan penghujan dengan intensitas tinggi
·
intensitas tinggi karena merusak akses jalan,
jembatan, dan menggerus sebagian lahan persawahan dan merendam lahan ladang.
·
masyarakat kekurangan air minum karena tercampur
dengan air banjir.
·
Dampak dan luasan dampak
yang ditimbulkan akibat banjir antara lain:
o
Lahan yang terendam: bagek dalam 150 Ha milik
150 KK 450 jiwa, bagik lauk 95 Ha milik 95 KK 285 jiwa, bagek tengak 50 Ha
milik 50 KK 159 jiwa, bagek daya 90 Ha milik 90 KK 270 jiwa.
o
sarpras: jalan 500 M, Jembatan 2 Unit, Saluran
irigasi 200 Mdan perpipaan untuk air bersih 250 M
o
sawah tanaman padi pada desa bagek lauq 31 Ha,
bagek daya 30 Ha dan bagek dalem 50 ha
·
korban 3 orang meninggal dunia 1 dan cedera 2
orang
·
Total kerugian akibat banjir diperkirakan
sebesar RP. 5.910.250.000 dengan rincian:
o
Lahan pertanian: bagik lauq RP. 665.000.000
o
Bagik daya Rp. 635.000.000
o
Bagik dalam Rp. 1.050.000.000
o
Bagik tengak+luar Rp. 350.000.000
o
Saluran irigasi Rp. 160.000.000
o
Saluran pipa air bersih+water meter Rp.
76.750.000
o
Jalan sepanjang 500 M
dengan taksiran kerugian Rp. 35.000.000
dan 2 unit jambatan dengan taksiran Rp. 75.000.000
o
Sawah tanaman padi Rp. 2. 664.000.000
b.
Kerentanan
Tingkat kerentanan desa Bagik Manis
terhadap banjir tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2,72
Beberapa
factor penyebab kerentanan adalah:
·
Kondisi Sungai yang sempit dan sudah mengalami kedangkalan.
·
Saluran air yang tidak memadai
·
Belum ada tempat evakuasi secara khusus
·
Fasilitas air bersih masih mengandalkan perpipaan yang
dikelola dusun
·
Belum ada jebakan air atau embung didaerah hulu
·
Berkurangnya tradisi gotong royong dalam mengatasi bencana
·
Belum ada team siaga bencana desa
·
Terdapat kelompok rentan terhadap banjir
·
Kearifan lokal bila terjadi keadaan darurat
(kentongan/corong dimasjid)
·
Kondisi Curah Hujan tinggi terjadi pada tahun
2002,2014,2016,2017
·
Jarak sumber air yang jauh (perpipaan)
·
Jenis tanah berbatu dengan kemiringan yang cukup
tinggi
·
Sungai dan saluran air yang berdekatan dengan
lahan pertanian
·
Sumber pendapatan masyarakat adalah bertani
·
masih banyak yang menjadi buruh tani
·
Belum ada dukungan dari pihak luar
·
Belum ada BUMDES
·
Akses permodalan pasca banjir masih terbatas
·
Belum ada lumbung pangan
c.
Kapasitas
Tingkat kapasitas desa Bagik Manis
terhadap banjir tergolong rendah dengan skor rata-rata 1,4
Beberapa
factor penyebab rendahnya kapasitas masyarakat:
·
Belum ada upaya secara swadaya dalam mengelola
DAS dan saluran irigasi
·
Sudah ada 3 unit sumur bor untuk mengairi
sawah tapi belum di manfaatkan untuk air
bersih rumah tangga
·
Sumber mata air hanya satu dan bila terjadi
banjir, sering terjadi pecah atau rusaknya jalur pipa sehingga tergantung dari bantuan
·
belum ada bangunan jebakan air
·
Pengadaan terassering
·
Tingkat kerukunan masih baik, tapi budaya gotong
royong sudah mengalami penurunan
·
Kemampuan masyarakat masih terpokus pada
kegiatan pasca banjir
·
Perdes dan Protap tentang bencana belum ada
·
Belum terbentuk TSBD
·
belum ada pemetaan lokasi rawan banjir
·
Saluran irigasi yang terdampak masih belum
diperbaiki
·
Hutan didaerah hulu sudah banyak yang gundul
·
Telah dilakukan Kegiatan reboisasi tapi belum
maksimal
·
Hanya bergantung pada hasil pertanian dan
perkebunan, belum ada pengembangan usaha lain
·
Belum ada tabungan siaga bencana
·
Modal usaha BUMDES belum memadai
·
Akses modal untuk
merepitalisasi ekonomi pasca banjir masih terbatas
d.
Upaya-Upaya
yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat
·
masyarakat
melakukan gotong royong melakukan penimbunan jambatan secara swadaya.
e.
Gagasan
untuk Didiskusikan oleh Masyarakat
·
Pembuatan sarana irigasi
·
Normalisasi sungai sambelia
·
Irigasi pemukiman jalan raya
·
Pembuatan gorong-gorong
·
Pengadaan mobil sampah
·
Penyuluhan tentang pengurangan resiko bahaya
banjir
·
Penghijauan
f.
Catatan Penting dari Bencana Banjir
·
Secara
geografis, Desa Bagik Manis dilewati oleh satu anak sungai yang dibagian hulu ada
beberapa anak sungai yang kemudian terhubung menjadi satu sebelum masuk
kewilayah desa. Hulu dari sungai
tersebut merupakan daerah tangkapan air pada musim hujan. Pada saat terjadi
hujan lebat, air hujan akan terkumpul hulu dan mengalir deras sungai tersebut.
·
Pada musim
hujan, aliran air di kedua sungai tersebut sangat besar sehingga mengakibatkan
banjir.
·
Banjir yang
terjadi setiap tahun telah mengakibatkan kerusakan jalan raya dan kebun serta
lahan pertanian lainnya.
·
Banjir yang
terjadi setiap tahun membawa serta batuan, tanah, pasir, dan material lain yang
dibawa dari daerah hulu sehingga mengakibatkan tingkat sedimentasi yang sangat
tinggi di daerah pesisir dari Desa Bagik Manis Tingkat sedimentasi tersebut telah
mengakibatkan dasar sungai menjadi lebih tinggi dari lahan-lahan pertanian di
sekitarnya.
·
Tingginya
aliran material yang terbawa oleh banjir terjadi karena tingkat vegetasi di
daerah hulu sangat rendah. Bahkan di daerah perbukitan yang ada di daerah hulu
terjadi kebakaran ladang setiap tahun sehingga tidak memungkinkan bagi
pohon-pohon yang baru tumbuh dan berkembang.
·
Sedimentasi
yang terjadi di daerah pesisir telah menutup aliran banjir untuk sampai ke
laut. Akibatnya, pada saat terjadi banjir, aliran air terpecah dan menyebar
sehingga menggenangi lahan-lahan pertanian dan merusak tanaman yang ada di
dalamnya.
·
Belum ada
upaya yang dilakukan baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan
resapan air di daerah hulu dan mengendalikan aliran banjir di daerah hilir agar
banjir bisa langsung ke laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan areal
pertanian. Misalnya dengan cara melakukan pengerukan dasar sungai sampai tembus
ke laut.
2.
KEKERINGAN
a.
Ancaman
Tingkat
ancaman desa Bagik Manis terhadap kekeringan tergolong tinggi dengan skor
rata-rata 3
Kekeringan
masih mungkin terjadi, mengingat kebiasaan bulan hujan relatif lebih pendek
yaitu dari bulan Desember-April, dengan intensitas tinggi
Desember-Januari, sehingga menyebabkan
musim kemarau lebih panjang sekitar 7 bulan
·
Masih banyaknya penebangan liar di kawasan hutan
tanpa adanya usaha konservasi
·
Kekeringan terjadi setiap tahun selama 7 bulan
dari bulan Mei-November
·
Intensitas kekeringan tergolong tinggi mengingat
musim kemarau yang relatif panjang ±7 bulan
·
Dampak yang ditimbulkankan adalah rusak atau
berkurangnya hasil panen masyarakat pada komoditas tembakau,padi,jagung dan
cabai
·
luas dampak tembakau 10 Ha, Padi 61 Ha,Jagung
140 Ha dan Cabai 10 Ha dengan total 221 Ha
·
Kerugian akibat kekeringan diperkirakan
sebesar Rp 21.834.700.000 dengan rincian
sebagai berikut:
o
Tembakau
Rp. 700.000.000
o
Padi Rp.
8.784.000.000
o
Jagung
Rp. 11.900.000.000
o
Cabai Rp.
450.000.000
b.
Kerentanan
Tingkat kerentanan Bagik Manis
terhadap kekeringan tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2,8
Beberapa
factor penyebab kerentanan:
·
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana
irigasi masih rendah
·
Sudah ada 3 unit Sumur Bor untuk irigasi
·
Tidak ada kolam penampungan air hujan di masing-masing
ladang
·
Sumber air bersih hanya perpipaan yang dikelola dusun
·
belum ada aksi kolektif dari masyarakat dalam mengatasi
kekeringan atau swadaya dalam membuat sumur bor
·
Belum ada Team siaga bencana
·
belum ada perdes atau protap tentang upaya mengatasi
kekeringan
·
sudah ada kerjasama dengan instansi /pihak luar dalam
mengatasi kekeringan khususnya dalam pembuatan sumur bor
·
Belum ada upaya konservasi
disekitar wilayah yang berpotensi memiliki mata air
·
Belum ada usaha membangun
tangkapan air hujan berupa embung untuk digunakan dimusim kemarau
·
Jumlah mata air hanya 1 dengan jarak 3 Km
·
Kondisi lahan kritis di hulu sangat
mengkhawatirkan
·
Tanaman tahan kering yang
ditanami sengon,jambu mente,mangga dan sonokling
·
Belum ada tersedia dana
bagi masyarakat untuk penanggulangan bencana kekeringan
·
Sudah ada bantuan dari pihak luar dalam
mangatasi kekeringan (sumur bor)
·
tidak ada sumber pendapatan selain tani dan
perkebunan
·
Belum ada pengembangan usaha rumah tangga
·
BUMDES masih belum maksimal
·
Tidak ada lumbung pangan desa
c.
Kapasitas
Tingkat kapasitas desa Bagik Manis
terhadap kekeringan tergolong rendah dengan skor rata-rata 1,25
Beberapa factor penyebab
rendahnya akapasitas masyarakat:
·
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan
sarana irigasi masih rendah
·
Sudah ada 3 sumur bor, 1 belum bisa dimanfaatkan
·
Belum ada penampungan air hujan baik itu
diperumahan ataupun ladang
·
Sumber air bersih mengandalkan sumber mata air
diwilayah desa sambelia dengan debit air yang kecil pada musim kemarau
·
Belum ada aksi kolektif dalam mengatasi
kekeringan
·
Belum ada Perdes dan Protap tentang bahaya
kekeringan
·
Tingkat kemandirian masyarakat dalam mengatasi
kekeringan masih rendah
·
Sudah ada kerjasama dengan pihak luar atau
instansi (pengadaan sumur bor)
·
Belum ada kelompok siaga kekeringan
·
Tidak ada sumber mata air diwilayah desa bagik
manis
·
Tidak ada penangkap air hujan berupa embung
·
Belum ada upaya konservasi diwilayah yang
berpotensi terdapat sumber mata air
·
Masyarakat sudah memiliki kemampuan dalam
memilih tanaman tahan kering tapi lebih untuk dikomersilkan
·
Ada upaya reboisasi tapi belum maksimal
·
Kesulitan akses permodalan terkait bencana
kekeringan
·
Kemampuan masyarakat dalam menciptakan usaha
selain pertanian dan perkebunan masih kurang
·
banyak yang berprofesi sebagai buruh tani atau
perkebunan
·
Sudah ditinggalkannya lumbung pangan desa
·
BUMDES belum berjalan maksimal
d.
Upaya-Upaya
yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat
·
Belum ada
aksi secara kolektif selain Pengadaan sumur bor dari instansi terkait
e.
Gagasan
untuk Didiskusikan oleh Masyarakat
·
Pembuatan sumur bor
·
Pembuatan DAM penampung air hujan
·
Pemeliharaan dan pelebaran saluran irigasi yang
sudah ada
·
Pembuatan Bak penampung air per RT
f.
Catatan
Penting dari Bencana Kekeringan
·
Secara
geografis, Desa Bagik Manis merupakan daerah yang berada di sisi timur pulau Lombok
yang letaknya cukup jauh dari pinggir pantai dan dibagian belakang desa terhampar
perbukitan padang/ladang dan Hutan.
·
Curah hujan
di desa Bagik Manis tergolong rendah per tahunnya. Curah hujan yang rendah ini telah mengakibatkan 2 hal penting.
Pertama, jumlah curah hujan yang rendah
telah mengakibatkan tanaman-tanaman yang dikembangkan di ladang Desa Bagik
Manis mengalami kekurangan air selama masa pertumbuhannya. Kedua, curah hujan
yang memadai jauh terlambat sehingga mengakibatkan keterlambatan musim tanam
dan musim panen. Kedua hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan
pertanian terutama pertanian ladang .
·
Terkait
dengan keterlambatan musim hujan yang berakibat kepada keterlambatan musim
tanam dan musim panen, tanaman-tanaman yang masih ada di kebun pada saat
desa-desa tetangga sudah selesai panen, sangat rawan terhadap serangan ternak
lepas, babi hutan, kera, dan berbagai hama lainnya. Akibatnya, banyak waktu yang
digunakan oleh masyarakat pada bulan Maret – April untuk menjaga tanaman mereka
dari serangan hama, termasuk ternak lepas.
·
Akibat
keterlambatan tanam karena hujan yang datang terlambat, ditemukan banyak
tanaman jagung yang kekeringan dan layu pada saat masa pengisian biji.
Akibatnya, tanaman jagung menjadi kerdil. Kalaupun bisa berbuah, isi biji
jagung tidak padat.
·
Belum ada
upaya-upaya atau penerapan teknologi yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mengatasi kekurangan air guna mendukung pengembangan pertanian, membuat bak
penampung air hujan, sistem irigasi tetes, dll. Teknologi yang telah diterapkan
adalah pembuatan sumur bor itupun bantuan pemerintah yang jumlahnya baru 3 unit
sementara kebutuhan cukup banyak. Penggunaan sumur bor juga membutuhkan biaya
yang cukup besar karena harus membeli solar belum lagi kalau lokasi ladang yang
berjarak cukup jauh dari lokasi sumur bor.
3.
Angin Kencang
a.
Ancaman
Tingkat ancaman desa Bagik Manis
terhadap angin putting beliung tergolong tinggi dengan skor rata-rata 2,93
·
Berdasarkan pengalaman dalam kurun waktu 10
tahun terakhir kemungkinan terjadinya angin putting beliung di desa bagik Manis
tinggi
·
Perubahan iklim
·
Letak geografis desa yang berdekatan dengan laut
·
kulture desa yang berbukit-bukit
·
Frekuensi terjadinya angin putting beliung
didesa bagik manis hampir setiap tahun dengan kerusakan terparah pada tahun
2015
·
Intensitas angin putting beliung tergolong tinggi
karena merusak pemukiman,lahan pertanian dan lahan perkebunan
·
Dampak dan luasan dampak yang ditimbulkan akibat
angin putting beliung:
o
Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak
berat milik 3 KK 12 jiwa, dusun bagik lauq 10 unit rusak ringan milik 15 KK 60
jiwa,bagik dalam 7 unit rusak ringan milik 7 KK 28 jiwa,bagik daya 1 unit rusak
berat, 8 unit rusak ringan milik 9 KK 36
jiwa dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan milik 5 KK 20 jiwa
o
Merusak tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung
200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan mangga 500 pohon
·
Total kerugian akibat angin putting beliung
sebesar Rp. 5.435.500.000 dengan rincian
o
Rumah: dsn bagik luar Rp. 150.000.000
o
dsn bagik lauq Rp. 200.000.000
o
dsn bagik dalem Rp. 140.000.000
o
dsn bagik daya Rp. 210.000.000
o
dsn bagik tengak Rp.100.000.000
o
Tanaman: Jagung Rp. 2.960.000.000
o
Jambu mente Rp. 1.500.000.000
o
Mangga Rp. 175.500.000
b.
Kerentanan
Tingkat
kerentanan desa Bagik Manis terhadap angin putting beliung tergolong rendah
dengan skor rata-rata 2,1
Beberapa factor penyebab
kerentanan adalah :
·
Keadaan bangunan perumahan
·
Permanen 250 Unit
·
Semi permanen 241 Unit
·
Rumah serba guna 227 Unit
·
Bergotong royong membersihkan puing-puing rumah
·
Sosialisasi tentang bencana angin putting
beliung
·
Rambu-rambu evakuasi
·
Wabah penyakit
·
Pohon-pohon besar dipemukiman
·
Letak wilayah didataran tinggi dan dekat daerah
pantai
·
Kulture desa yang berbukit-bukit
·
Letak lahan sawah dan ladang didataran tinggi
·
Perubahan iklim
·
Bantuan dari swadaya masyarakat
·
Adanya alternatif lain untuk tambahan ekonomi
c.
Kapasitas
Tingkat kapasitas desa Bagik Manis terhadap angin
putting beling tergolong rendah dengan
skor rata-rata 1,5
·
Model perumahan yang jaraknya agak renggang
·
Letak Wilayah berada
didataran tinggi atau didaerah perbukitan
·
Rata-rata
bangunan rumah permanen
·
Tingkat gotong royong pasca bencana masih rendah
·
Respon Pemdes terhadap bencana cukup tinggi
tetapi perdes belum ada
·
Belum dibangun kerjasama dengan pihak luar dalam
mengatasi masalah putting beliung
·
Belum terbentuknya TSBD
·
Kondisi wilayah yang berbukit
·
Adanya perubahan iklim
·
Banyaknya rumah yang berada dibawah pohon-pohon
besar
·
Masyarakat belum terbiasa dengan tabungan siaga
bencana
·
Bantuan dari pihak luar masih terbatas
·
Sumber pendapatan masyarakat masih tergantung
dari hasil pertanian dan perkebunan
·
Akses permodalan terbatas atau bumdes belum
berjalan secara maksimal
d.
Upaya-Upaya
yang Sudah Dilakukan oleh Masyarakat
·
Masyarakat
melakukan gotong royong secara memangkas pohon-pohon besar yang membahayakan
e.
Gagasan
untuk Didiskusikan oleh Masyarakat
·
Membersihkan, mengurangi ranting-ranting pohon
dirumah penduduk
·
Penyuluhan tentang perubahan cuaca
·
Pembuatan TSBD
·
Tanaman pangan lokal
f.
Catatan Penting dari Angin Kencang
·
Tofo grafi
desa yang berada di dataran tinggi dengan keadaan lahan atau daerah yang gundul
sehingga suhu setempat menjadi meningkat dan tidak ada yang menahan laju angin.
·
Keterbatasan
pengetahuan masyarakat untuk antisifasi datangnya angin kencang.
Kompilasi Gagasan Dari Semua
Jenis Bencana
Dari berbagai gagasan yang telah
diangkat pada setiap jenis bencana untuk didiskusikan bersama oleh masyarakat,
kemiduan dikompilasikan. Selain itu, setelah presentasi hasil kajian juga
dilakukan penggalian gagasan dari masyarakat. Hasil kompilasi dari semua
gagasan mitigasi bencana yang mucul adalah sebagai berikut:
·
Pembuatan
sarana irigasi
·
Normalisasi
sungai sambelia
·
Irigasi
pemukiman jalan raya
·
Pembuatan
gorong-gorong
·
Pengadaan mobil
sampah
·
Penyuluhan
tentang pengurangan resiko bahaya banjir
·
Penghijauan
·
Pembuatan sumur
bor
·
Pembuatan DAM
penampung air hujan
·
Pemeliharaan
dan pelebaran saluran irigasi yang sudah ada
·
Pembuatan Bak
penampung air per RT
·
Membersihkan,
mengurangi ranting-ranting pohon dirumah penduduk
·
Penyuluhan
tentang perubahan cuaca
·
Pembuatan TSBD
·
Tanaman pangan
lokal
Sintesa hasil kajian |
|||||||||||
NO |
Jenis Bencana |
Tingkat Risiko |
Tingkat Ancaman |
Tingkat Kerentanan |
Tingkat Kapasitas |
|
|||||
Skor |
Penjelasan |
Skor |
Penjelasan |
Skor |
Penjelasan |
Skor |
Penjelasan |
|
|||
1 |
BANJIR |
5.0 |
Berdasarkan tingkat resiko ancaman dan tingkat resiko
kerentanan dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki masyarakat, maka
didapat sekor 5.01 yang artinya tingkat resiko bencana dari Banjir tergolong
rendah |
2.6 |
berdasarkan
kurun waktu 10 tahun terahir dan letak desa yang berada di bawah perbukitan
dengan kemiringan tanah yang tinggi memungkinkan terjadinya setiap musim
hujan yang intensitasnya tinggi.saluran air tidak mampu menampung debit air
yang turun dari bukit sehingga meluap dan merusak bantaran
sungai.pendangkalan sungai dan pembukaan lahan di daerah perbukitan, dari 10
tahun terahir terjadinya pada tahun 2012,2014,2016 selang satu tahun pada
bulan penghujan dengan intensitas tinggi,intensitas tinggi karena merusak
akses jalan, jembatan, dan menggerus sebagian lahan persawahan dan merendam
lahan ladang.masyarakat kekurangan air minum karena tercampur dengan air
banjir. Lahan yang terendam: bagek dalam 150 Ha, bagik lauk 95 Ha. Bagik
lauk, 95 Ha, bagek tengak 50 Ha, bagek daya 70 Ha.sarpras: jalan 500 M,
Jembatan 2 Unit, Saluran irigasi 200 Mdan perpipaan untuk air bersih 250
menelan korban jiwa 4 orang. total
kerugian sebesar Rp. 2. 664.000.000 |
2.7 |
Kondisi
Sungai yang sempit dan sudah mengalami kedangkalan,Saluran air yang tidak
memadai,Belum ada tempat evakuasi secara khusus,Fasilitas air bersih masih
mengandalkan perpipaan yang dikelola dusun,Belum ada jebakan air atau embung
didaerah hulu,SOSIAL: Berkurangnya tradisi gotong royong dalam mengatasi
bencana,Belum ada team siaga bencana desa,Terdapat kelompok rentan terhadap
banjir , Kearifan lokal bila terjadi keadaan darurat (kentongan/corong
dimasjid), Kondisi Curah Hujan tinggi terjadi pada tahun 2002,2014,2016,2017,Jarak
sumber air yang jauh (perpipaan),Jenis tanah berbatu dengan kemiringan yang
cukup tinggi,Sungai dan saluran air yang berdekatan dengan lahan pertanian,
Sumber pendapatan masyarakat adalah bertani,masih banyak yang menjadi buruh tani,Belum
ada dukungan dari pihak luar,Belum ada BUMDES,Akses permodalan pasca banjir
masih terbatas,Belum ada lumbung pangan. |
1.4 |
Belum ada
upaya secara swadaya dalam mengelola DAS dan saluran irigasi,Sudah ada 3 unit
sumur bor untuk mengairi sawah tapi belum
di manfaatkan untuk air bersih rumah tangga,Sumber mata air hanya satu dan
bila terjadi banjir, sering terjadi pecah atau rusaknya jalur pipa sehingga tergantung dari bantuan,belum ada
bangunan jebakan air,Pengadaan terassering,Tingkat kerukunan masih baik, tapi
budaya gotong royong sudah mengalami penurunan,Kemampuan masyarakat masih
terpokus pada kegiatan pasca banjir,Perdes dan Protap tentang bencana belum
ada,Belum terbentuk TSBD,belum ada pemetaan lokasi rawan banjir, Saluran
irigasi yang terdampak masih belum diperbaiki,Hutan didaerah hulu sudah
banyak yang gundul,Telah dilakukan Kegiatan reboisasi tapi belum maksimal,
Hanya bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan, belum ada pengembangan
usaha lain,Belum ada tabungan siaga bencana,Modal usaha BUMDES belum
memadai,Akses modal untuk merepitalisasi ekonomi pasca banjir masih terbatas |
|
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
KEKERINGAN |
6,72 |
Berdasarkan tingkat resiko ancaman dan tingkat resiko
kerentanan dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki masyarakat, maka
didapat sekor 6.72 yang artinya tingkat resiko bencana dari Banjir tergolong
tinggi |
3 |
Kekeringan
masih mungkin terjadi, mengingat kebiasaan bulan hujan relatif lebih pendek
yaitu dari bulan Desember-April, dengan intensitas tinggi
Desember-Januari, sehingga menyebabkan
musim kemarau lebih panjang sekitar 7 bulan,Masih banyaknya penebangan liar
di kawasan hutan tanpa adanya usaha konservasi, Kekeringan terjadi setiap tahun selama 7
bulan dari bulan Mei-November,Intensitas kekeringan tergolong tinggi
mengingat musim kemarau yang relatif panjang ±7 bulan, Dampak yang
ditimbulkankan adalah rusak atau berkurangnya hasil panen masyarakat pada
komoditas tembakau,padi,jagung dan cabai,luas dampak tembakau 10 Ha, Padi 61
Ha,Jagung 140 Ha dan Cabai 10 Ha dengan total 221 Ha, Kerugian mencapai = Rp 21.834.700.000,- |
2,8 |
Tingkat
partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah,Sudah ada
3 unit Sumur Bor untuk irigasi,Tidak ada kolam penampungan air hujan di
masing-masing ladang,Sumber air bersih hanya perpipaan yang dikelola
dusun,SOSIAl: belum ada aksi kolektif dari masyarakat dalam mengatasi
kekeringan atau swadaya dalam membuat sumur bor,Belum ada Team siaga
bencana,belum ada perdes atau protap tentang upaya mengatasi kekeringan,sudah
ada kerjasama dengan instansi /pihak luar dalam mengatasi kekeringan
khususnya dalam pembuatan sumur bor,SDA: Belum ada upaya konservasi disekitar
wilayah yang berpotensi memiliki mata air,Belum ada usaha membangun tangkapan
air hujan berupa embung untuk digunakan dimusim kemarau,Jumlah mata air hanya
1 dengan jarak 3 Km,Kondisi lahan kritis di hulu sangat
mengkhawatirkan,Tanaman tahan kering yang ditanami sengon,jambu mente,mangga
dan sonokling,EKONOMI: Belum ada tersedia dana bagi masyarakat untuk
penanggulangan bencana kekeringan,Sudah ada bantuan dari pihak luar dalam
mangatasi kekeringan (sumur bor),tidak ada sumber pendapatan selain tani dan
perkebunan,Belum ada pengembangan usaha rumah tangga,BUMDES masih belum
maksimal,Tidak ada lumbung pangan desa |
1,25 |
Tingkat partisipasi
masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih rendah,Sudah ada 3 sumur
bor, 1 belum bisa dimanfaatkan ,Belum ada penampungan air hujan baik itu
diperumahan ataupun ladang,Sumber air bersih mengandalkan sumber mata air
diwilayah desa sambelia dengan debit air yang kecil pada musim
kemarau,SOSIAL:Belum ada aksi kolektif dalam mengatasi kekeringan,Belum ada
Perdes dan Protap tentang bahaya kekeringan,Tingkat kemandirian masyarakat
dalam mengatasi kekeringan masih rendah ,Sudah ada kerjasama dengan pihak
luar atau instansi (pengadaan sumur bor),Belum ada kelompok siaga
kekeringan,SDA: Tidak ada sumber mata air diwilayah desa bagik manis ,Tidak
ada penangkap air hujan berupa embung,Belum ada upaya konservasi diwilayah
yang berpotensi terdapat sumber mata air,Masyarakat sudah memiliki kemampuan
dalam memilih tanaman tahan kering tapi lebih untuk dikomersilkan,Ada upaya
reboisasi tapi belum maksimal,EKONOMI:Kesulitan akses permodalan terkait
bencana kekeringan,Kemampuan masyarakat dalam menciptakan usaha selain
pertanian dan perkebunan masih kurang,banyak yang berprofesi sebagai buruh
tani atau perkebunan,Sudah ditinggalkannya lumbung pangan desa,BUMDES belum
berjalan maksimal. |
|
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
ANGIN PUTTING BELIUNG |
3.85 |
Berdasarkan tingkat resiko ancaman dan tingkat resiko
kerentanan dibandingkan dengan kapasitas yang dimiliki masyarakat, maka
didapat sekor 3.85 yang artinya
tingkat resiko bencana dari angin putingbeliung tergolong rendah |
2.75 |
Letak geografis desa yang berdekatan dengan laut kulture desa
yang berbukit-bukit, Frekuensi terjadinya angin putting beliung didesa bagik manis
hampir setiap tahun dengan kerusakan terparah pada tahun 2015. Intensitas angin
putting beliung tergolong tinggi karena merusak pemukiman,lahan pertanian dan
lahan perkebunan .Dampak dan luasan dampak yang ditimbulkan akibat angin putting
beliung: Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat milik 3
KK 12 jiwa, dusun bagik lauq 10 unit rusak ringan milik 15 KK 60 jiwa,bagik
dalam 7 unit rusak ringan milik 7 KK 28 jiwa,bagik daya 1 unit rusak berat, 8
unit rusak ringan milik 9 KK 36 jiwa dan
dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan milik 5 KK 20 jiwa Merusak tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu
mente 100 Ha, dan mangga 500 pohon
Total kerugian akibat angin putting beliung sebesar Rp.
5.435.500.000 dengan rincian, Rumah: dsn bagik luar Rp. 150.000.000, dsn bagik lauq Rp.
200.000.000 dsn bagik dalem Rp. 140.000.000, dsn bagik daya Rp. 210.000.000 dsn bagik tengak Rp.100.000.000 |
2.1 |
Keadaan
bangunan perumahan,Permanen 250 Unit,Semi permanen 241 Unit,Rumah serba guna
227 Unit,SOSIAL: Bergotong royong membersihkan puing-puing rumah,Sosialisasi
tentang bencana angin putting beliung,Rambu-rambu evakuasi,Wabah
penyakit,SDA:Pohon-pohon besar dipemukiman, Letak wilayah didataran tinggi
dan dekat daerah pantai,Kulture desa yang berbukit-bukit,Letak lahan sawah
dan ladang didataran tinggi,Perubahan iklim,EKONOMI: Bantuan dari swadaya
masyarakat,Adanya alternatif lain untuk tambahan ekonomi. |
1.5 |
Letak Wilayah
berada didataran tinggi atau didaerah perbukitan,Model perumahan yang
jaraknya agak renggang,Rata-rata bangunan rumah permanen,SOSIAL: Tingkat
gotong royong pasca bencana masih rendah,Respon Pemdes terhadap bencana cukup
tinggi tetapi perdes belum ada,Belum dibangun kerjasama dengan pihak luar
dalam mengatasi masalah putting beliung,Belum terbentuknya TSBD,SDA:Kondisi
wilayah yang berbukit,Adanya perubahan iklim,Banyaknya rumah yang berada
dibawah pohon-pohon besar,EKONOMI: Masyarakat belum terbiasa dengan tabungan
siaga bencana,Bantuan dari pihak luar masih terbatas,Sumber pendapatan masyarakat
masih tergantung dari hasil pertanian dan perkebunan,Akses permodalan
terbatas atau bumdes belum berjalan secara maksimal. |
|
|
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
|||||||||||
|
CATATAN :
Tingkat Resiko Bencana Rendah 1/3 < 3
Tingkat Resiko Bencana Sedang3 - < 6
Tingkat Resiko Bencana Tinggi< 6 – 9
Tingkat Rsiko Bencana(TRB) = ancaman x kerentana
kapasitas
TRB Banjir =
ancaman x kerentana = 5.0
tingkat resikonya sedang
kapasitas
TRB Kekeringan =
ancaman x kerentana = 6.7
tingkat resiko tinggi
kapasitas
TRB Angin
Kencang = ancaman
x kerentana = 3.9 tingkat resiko rendah
kapasitas
Rencana
Aksi Mitigasi Bencana
Berdasarkan gagasan yang sudah diangkat oleh masyarakat, kemudian
dikembangkan ke dalam matriks perencanaan aksi mitigasi bencana sebagaimana
dapat dilihat pada halaman berikut ini.
No |
Ancaman |
Kegiatan |
Target |
Waktu |
Lokasi |
Penangung jawab |
Pihak Pendukung |
Bentuk Dukungang |
1 |
BANJIR |
Pembuatan
sarana irigasi |
10.000.000 M |
Bulan Mei-Oktober |
Semua dusun di Desa Bagik Manis sambelia |
Pemdes |
Pemdes, pemda,pemprof, kehutanan |
Fasiitasi,dana dan bibit |
Normalisasi
sungai sambelia |
1.000.000 M |
|||||||
Irigasi
pemukiman jalan raya |
6.000.000 M |
|||||||
Pembuatan
gorong-gorong |
30.000 M |
|||||||
Pengadaan
mobil sampah |
1 Unit |
|||||||
Penyuluhan
tentang pengurangan resiko bahaya banjir |
|
|||||||
Penghijauan |
10.000 bibit |
Desember-februari |
No |
Ancaman |
Kegiatan |
Target |
Waktu |
Lokasi |
Penanggung jawab |
Pihak Pendukung |
Bentuk Dukungang |
|||||
2 |
KEKERINGAN |
Pembuatan
sumur bor |
20 Unit |
Mei-Oktober |
Semua dusun |
Pemdes |
Pemdes,pemda,pemprof |
fasilitasi dan dana |
|||||
Pembuatan DAM
penampung air hujan |
1 Unit |
Dsn bagik daya |
|||||||||||
Pemeliharaan
dan pelebaran saluran irigasi yang sudah ada |
3.200 m |
Semua dusun |
|||||||||||
Pembuatan Bak
penampung air per RT |
21 Unit |
Semua dusun |
|||||||||||
No |
Ancaman |
Kegiatan |
Target |
Waktu |
Lokasi |
Penangung jawab |
Pihak Pendukung |
Bentuk Dukungang |
|
||||
3 |
ANGIN KENCANG |
Membersihkan,
mengurangi ranting-ranting pohon dirumah penduduk |
2 X setahun |
Mei-Oktober |
Semua dusun |
Pemdes |
Pemdes dan Pemda |
Fasilitasi dan dana |
|
||||
Penyuluhan
tentang perubahan cuaca |
tiap tahunnya |
|
|||||||||||
Pembuatan
TSBD |
|
|
|
|
|
|
|
||||||
Tanaman
pangan lokal |
|
|
|
|
|
|
|
||||||
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kajian yang telah dilakukana di Desa Bagik Manis yang meliputi 3 jenis kebencanaan maka dapat
disimpulkan beberpa hal antara lain:
·
Bencana banjir masih menjadi
ancaman bagi masyarakat Desa Bagik Manis mengingat letak georafis Desa Bagik
Manis dilewati oleh beberpa buah sungai yang dibagian hulu. Hulu dari sungai tersebut merupakan daerah tangkapan
air pada musim hujan Pada saat terjadi hujan lebat, air hujan akan terkumpul
dihulu dan mengalir deras ke kedua sungai tersebut.
·
Sedimentasi yang terjadi di
daerah hilir telah menutup aliran banjir untuk sampai ke laut. Akibatnya, pada
saat terjadi banjir, aliran air terpecah dan menyebar sehingga menggenangi
lahan-lahan pertanian dan merusak tanaman yang ada di dalamnya.
·
Belum ada upaya yang dilakukan
baik oleh masyarakat maupun pemerintah untuk meningkatkan resapan air di daerah
hulu dan mengendalikan aliran banjir di daerah hilir agar banjir bisa langsung
ke laut sehingga tidak menimbulkan kerusakan areal pertanian
·
Bencana berupa kekeringan terjadi
setiap tahunnya mengingat bulan hujan terjadi sekitar 3 sampai 4 bulan dengan
daerah yang miring dan tanah yang poros sehingga tidak memungkinkan untuk air
mengendap lama sehingga terjadi kekeringan untuk itu upaya yang akan dilakukan
adalah lebih banyak ke arah konservasi dan reboisasi. Dengan demikian
diharapakan akan terjadi kelembaban dan munculnya mata air-mata air kecil yang
bisa dimamfaatkan oleh masyarakat.
·
Belum ada upaya-upaya atau
penerapan teknologi yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi kekurangan
air guna mendukung pengembangan pertanian, membuat bak penampung air hujan,
sistem irigasi tetes, dll. Teknologi yang telah diterapkan adalah pembuatan
sumur bor itupun bantuan pemerintah yang jumlahnya baru 3 unit sementara
kebutuhan cukup banyak. Penggunaan sumur bor juga membutuhkan biaya yang cukup
besar karena harus membeli solar belum lagi kalau lokasi ladang yang berjarak
cukup jauh dari lokasi sumur bor.
·
Angin kencng perlu diwaspadai
pada bulan-bulan tertentu mengingat desa Bagik Manis tidak terlalu jauh dengan
daerah pantai agar dampak angina kencang dapat diminimalisir.
·
Keterbatasan pengetahuan
masyarakat untuk antisifasi datangnya Angin Kencang.
LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Bagan Alur Sejarah Kebencanaan Desa Bagik Manis Analisis Alur
Sejarah Kebencanaan Desa Bagik Manis |
||||||||
Tahun |
Jenis Bencana |
Intensitas |
Frekuensi |
Dampak |
Respon yang Dilakukan |
skala Prioritas |
|
|
2016 |
banjir |
intensitasnya
tinggi terjadinya selang satu tahun dari 2012,2014, dan 2016. selang
setahunnya lagi hanya banjir sedang. Melanda hampir setia dusun yang ada di
kecamatan sambalia. Banjir ini disebabkan karena banyaknya pembukaan lahan di
dataran tinggi dan kurangnya terasering di daerah dataran tinggi. sempitnya
saluran air dan pendangkalan sungai. |
terjadinya
hampir setiap tahun pada musim hujan desember-februari |
Rusaknya
infrastruktur: jalan ±500 M, 2 unit jambatan kabupaten, lahan pertanian:
bagek dalam 150 Ha, bagik lauk 95 Ha. Bagik lauk, 95 Ha, bagek tengak 50 Ha,
bagek daya 70 Ha. Saluran irigasi 1 unit luasan dampak ±200 M dan terputusnya
saluran perpipaan dengan luasan dampak 250 m. |
masyarakat
melakukan gotong royong dan melakukan penimbunan jambatan secara swadaya. |
|
|
|
|
||||||||
2015 |
Angin putting beliung |
setiap tahun,
sedang hanya menyebabkan kerusakan ringan |
Hampir
terjadi setiap tahun |
Merusak
pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat, dusun bagik lauq 10 unit
rusak ringan,bagik dalam 7 unit rusak ringan,bagik daya 1 unit rusak berat, 8
unit rusak ringan dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan. Merusak tanaman
pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan mangga 500
pohon |
Masyarakat
melakukan gotong royong secara memangkas pohon-pohon besar yang membahayakan |
|
|
|
|
||||||||
1971 |
Kebakaran |
Hanya terjadi
1 kali dengan intensitas rendah |
|
Membakar
pemukiman dan lumbung padi sehingga masyarakat kekurangan makanan |
gotong royong
membangun tempat tinggal sementara |
|
|
|
1994 |
Erupsi gunung |
Dengan
intensitas rendah |
Hanya terjadi
1 kali |
Penyakit
ISPA, merusak lahan pertanian atau gagal panen tembakau, padi, jagung dan
cabai |
|
|
|
|
|
Kekeringan |
Intensitas
tinggi karena debit air kurang dari perpipaan dan sumur bor hanya untuk
irigasi, bagik lauq 2 unit dan bagik tengak 1 unit |
Setiap tahun.
Mei-Desember |
Kekurangan
air bersih, kerugian lahan pertanian tembakau,jagung,padi dan cabai |
Tidak ada
respon |
|
|
Lampiran 2 :
Hasil Kajian Risiko Bencana Desa Bagik Manis
1. Analisis
Aancaman Bencana Banjir
Jenis Ancaman |
Identifikasi Ancaman |
skor |
Skor Rata-rata |
||
Aspek penilaian
|
Kondisi wilayah |
||||
BANJIR |
probabilitas
dan penyebab |
berdasarkan
kurun waktu 10 tahun terahir dan letak desa yang berada di bawah perbukitan
dengan kemiringan tanah yang tinggi memungkinkan terjadinya setiap musim
hujan yang intensitasnya tinggi. |
3 |
3 |
|
saluran
air tidak mampu menampung debit air yang turun dari bukit sehingga meluap dan
merusak bantaran sungai. |
3 |
||||
pendangkalan
sungai dan pembukaan lahan di daerah perbukitan. |
3 |
||||
Frekuensi
dan Intensitas |
dari
10 tahun terahir terjadinya pada tahun 2012,2014,2016 selang satu tahun pada
bulan penghujan dengan intensitas tinggi |
3 |
3 |
||
intensitas
tinggi karena merusak akses jalan, jembatan, dan menggerus sebagian lahan
persawahan dan merendam lahan ladang. |
3 |
||||
masyarakat
kekurangan air minum karena tercampur dengan air banjir. |
3 |
||||
Dampak
dan luasan dampak |
Lahan
yang terendam: bagek dalam 150 Ha, bagik lauk 95 Ha. Bagik lauk, 95 Ha, bagek
tengak 50 Ha, bagek daya 70 Ha. |
3 |
2,5 |
||
sarpras:
jalan 500 M, Jembatan 2 Unit, Saluran irigasi 200 Mdan perpipaan untuk air
bersih 250 M |
2 |
||||
Korban |
4
orang |
3 |
3 |
||
Kerugian |
Total
kerugian akibat banjir diperkirakan sebesar RP. 5.910.250.000 dengan rincian: |
|
1,6 |
||
Lahan
pertanian: bagik lauq RP. 665.000.000 |
3 |
||||
Bagik daya
Rp. 635.000.000 |
|||||
Bagik
dalam Rp. 1.050.000.000 |
|||||
Bagik tengak+luar
Rp. 350.000.000 |
|||||
Saluran
irigasi Rp. 160.000.000 |
1 |
||||
Saluran
pipa air bersih+water meter Rp. 76.750.000 |
2 |
||||
Jalan
sepanjang 500 M dengan taksiran kerugian Rp. 35.000.000 dan 2 unit jambatan dengan taksiran Rp.
75.000.000 |
1 |
||||
Sawah
tanaman padi Rp. 2. 664.000.000 |
1 |
||||
|
RATA-RATA |
|
2,62 |
||
|
TINGKAT
ANCAMAN |
|
Tinggi |
||
|
Analisis
Kerentanan Bencana Banjir
Jenis Ancaman
|
Identifikasi Kerentanan |
Skor |
Skor Rata-rata
|
|
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
|||
BANJIR |
Aspek fisik |
Kondisi Sungai yang sempit dan sudah mengalami kedangkalan. |
1 |
2.6 |
Saluran air yang tidak memadai |
3 |
|||
Belum ada tempat evakuasi secara khusus |
3 |
|||
Fasilitas air bersih masih mengandalkan perpipaan yang dikelola dusun |
3 |
|||
Belum ada jebakan air atau embung didaerah hulu |
3 |
|||
|
|
|||
Aspek sosial |
Berkurangnya tradisi gotong royong dalam mengatasi bencana |
2 |
2.5 |
|
Belum ada team siaga bencana desa |
3 |
|||
Terdapat
kelompok rentan terhadap banjir : bayi___orang,
bumil___orang,manula/lansia____orang,cacat___orang |
2 |
|||
Kearifan lokal bila terjadi keadaan darurat (kentongan/corong
dimasjid) |
2 |
|||
Aspek
Sumber daya Alam |
Kondisi Curah Hujan tinggi terjadi pada tahun 2002,2014,2016,2017 |
3 |
3 |
|
Jarak
sumber air yang jauh (perpipaan) |
3 |
|||
Jenis
tanah berbatu dengan kemiringan yang cukup tinggi |
3 |
|||
Sungai
dan saluran air yang berdekatan dengan lahan pertanian |
3 |
|||
|
|
|||
Aspek
ekonomi |
Sumber
pendapatan masyarakat adalah bertani |
3 |
2,8 |
|
masih
banyak yang menjadi buruh tani |
3 |
|||
Belum
ada dukungan dari pihak luar |
3 |
|||
Belum
ada BUMDES |
2 |
|||
Akses
permodalan pasca banjir masih terbatas |
3 |
|||
Belum
ada lumbung pangan |
3 |
|||
|
|
|||
Rata2 |
|
2.72 |
||
|
Tingkat kerentanan : |
|
Tinggi |
Analisis
Kapasitas Bencana Banjir
Jenis Ancaman |
Idenditifikasi Kapasitas |
Skor |
Skor
Rata-rata |
||
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
||||
BANJIR |
Aspek Fisik |
Belum ada upaya secara swadaya dalam mengelola DAS dan saluran irigasi |
1 |
1,2 |
|
Sudah ada 3 unit sumur bor untuk mengairi sawah tapi belum di manfaatkan untuk air bersih
rumah tangga |
2 |
||||
Sumber mata air hanya satu dan bila terjadi banjir, sering terjadi
pecah atau rusaknya jalur pipa
sehingga tergantung dari bantuan |
1 |
||||
belum ada bangunan jebakan air |
1 |
||||
|
Pengadaan terassering |
1 |
|
||
Aspek Sosial |
Tingkat kerukunan masih baik, tapi budaya gotong royong sudah
mengalami penurunan |
1 |
1,8 |
||
Kemampuan masyarakat masih terpokus pada kegiatan pasca banjir |
1 |
||||
Perdes dan Protap tentang bencana belum ada |
1 |
||||
Belum terbentuk TSBD |
1 |
||||
|
belum
ada pemetaan lokasi rawan banjir |
1 |
|
||
Aspek
SDA |
Saluran irigasi yang terdampak masih belum diperbaiki |
1 |
1 |
||
Hutan didaerah hulu sudah banyak yang gundul |
1 |
||||
Telah dilakukan Kegiatan reboisasi tapi belum maksimal |
1 |
||||
|
|
|
|||
Aspek
ekonomi |
Hanya
bergantung pada hasil pertanian dan perkebunan, belum ada pengembangan usaha
lain |
2 |
1.65 |
||
Belum
ada tabungan siaga bencana |
1 |
||||
Modal
usaha BUMDES belum memadai |
2 |
||||
Akses
modal untuk merepitalisasi ekonomi pasca banjir masih terbatas |
1 |
||||
|
|
RATA-RATA |
|
1.4 |
|
|
|
TINGKAT KAPASITAS |
|
Rendah |
2. Analisis
Aancaman Kekeringan
Analisis
Ancaman
Identifikasi Ancaman |
skor |
Skor Rata-rata |
||
Jenis
Ancaman |
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
||
Kekeringan |
probabilitas
dan penyebab |
Kekeringan
masih mungkin terjadi, mengingat kebiasaan bulan hujan relatif lebih pendek
yaitu dari bulan Desember-April, dengan intensitas tinggi
Desember-Januari, sehingga menyebabkan
musim kemarau lebih panjang sekitar 7 bulan |
3 |
3 |
Masih
banyaknya penebangan liar di kawasan hutan tanpa adanya usaha konservasi |
3 |
|
||
Frekuensi
dan Intensitas |
Kekeringan
terjadi setiap tahun selama 7 bulan dari bulan Mei-November |
3 |
3 |
|
Intensitas
kekeringan tergolong tinggi mengingat musim kemarau yang relatif panjang ±7
bulan |
3 |
|
||
Dampak
dan luasan dampak |
Dampak
yang ditimbulkankan adalah rusak atau berkurangnya hasil panen masyarakat
pada komoditas tembakau,padi,jagung dan cabai |
3 |
|
|
luas
dampak tembakau 10 Ha, Padi 61 Ha,Jagung 140 Ha dan Cabai 10 Ha dengan total
221 Ha |
3 |
3 |
||
Kerugian |
Kerugian
akibat kekeringan: |
|
3 |
|
Tembakau Rp. 700.000.000 |
3 |
|||
Padi Rp.
8.784.000.000 |
3 |
|||
Jagung Rp. 11.900.000.000 |
3 |
|||
Cabai Rp.
450.000.000 |
3 |
|||
Jadi
Total Kerugian = Rp 21.834.700.000,- |
|
|||
RATA-RATA |
|
3 |
||
TINGKAT
ANCAMAN |
|
Tinggi |
||
Analisa Kerentanan Bencana Kekeringan
Jenis Ancaman
|
Identifikasi Kerentanan |
Skor |
Skor Rata-rata
|
|
||
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
|||||
Kekeringan |
Aspek fisik |
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih
rendah |
3 |
2,75 |
||
Sudah ada 3 unit Sumur Bor untuk irigasi |
2 |
|||||
Tidak ada kolam penampungan air hujan di masing-masing ladang |
3 |
|||||
Sumber air bersih hanya perpipaan yang dikelola dusun |
3 |
|||||
Aspek sosial |
belum ada aksi kolektif dari masyarakat dalam mengatasi kekeringan
atau swadaya dalam membuat sumur bor |
3 |
2.75 |
|||
Belum ada Team siaga bencana |
3 |
|||||
belum ada perdes atau protap tentang upaya mengatasi kekeringan |
3 |
|||||
sudah ada kerjasama dengan instansi /pihak luar dalam mengatasi
kekeringan khususnya dalam pembuatan sumur bor |
2 |
|||||
Aspek
Sumber daya Alam |
Belum ada upaya konservasi disekitar wilayah yang berpotensi memiliki
mata air |
3 |
2 |
|||
Belum
ada usaha membangun tangkapan air hujan berupa embung untuk digunakan dimusim
kemarau |
3 |
|||||
Jumlah
mata air hanya 1 dengan jarak 3 Km |
3 |
|||||
Kondisi
lahan kritis di hulu sangat mengkhawatirkan |
3 |
|||||
Tanaman
tahan kering yang ditanami sengon,jambu mente,mangga dan sonokling |
2 |
|||||
Aspek
Ekonomi |
Belum
ada tersedia dana bagi masyarakat untuk penanggulangan bencana kekeringan |
3 |
2.9 |
|||
Sudah
ada bantuan dari pihak luar dalam mangatasi kekeringan (sumur bor) |
2 |
|||||
tidak
ada sumber pendapatan selain tani dan perkebunan |
2 |
|||||
Belum
ada pengembangan usaha rumah tangga |
3 |
|||||
BUMDES
masih belum maksimal |
2 |
|||||
Tidak
ada lumbung pangan desa |
3 |
|||||
Rata2 |
|
2,8 |
||||
|
Tingkat kerentanan : |
|
Tinggi |
Analisa Kapasitas Bencana Kekeringan
ANALISIS KAPASITAS |
Idenditifikasi Kapasitas |
Skor |
Skor
Rata-rata |
|
Jenis Ancaman
|
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
|
|
KEKERINGAN |
Aspek Fisik |
Tingkat partisipasi masyarakat dalam penyediaan sarana irigasi masih
rendah |
1 |
1,2 |
|
|
Sudah ada 3 sumur bor, 1 belum bisa dimanfaatkan |
2 |
|
|
|
Belum ada penampungan air hujan baik itu diperumahan ataupun ladang |
1 |
|
|
|
Sumber air bersih mengandalkan sumber mata air diwilayah desa sambelia
dengan debit air yang kecil pada musim kemarau |
1 |
|
|
Aspek Sosial |
Belum ada aksi kolektif dalam mengatasi kekeringan |
1 |
1,2 |
|
|
Belum ada Perdes dan Protap tentang bahaya kekeringan |
1 |
|
|
|
Tingkat kemandirian masyarakat dalam mengatasi kekeringan masih rendah
|
1 |
|
|
|
Sudah ada kerjasama dengan pihak luar atau instansi (pengadaan sumur
bor) |
2 |
|
|
|
Belum ada kelompok siaga kekeringan |
2 |
|
|
Aspek
SDA |
Tidak ada sumber mata air diwilayah desa bagik manis |
1 |
1,4 |
|
Tidak
ada penangkap air hujan berupa embung |
1 |
||
|
Belum
ada upaya konservasi diwilayah yang berpotensi terdapat sumber mata air |
1 |
||
|
Masyarakat
sudah memiliki kemampuan dalam memilih tanaman tahan kering tapi lebih untuk
dikomersilkan |
2 |
||
|
Ada
upaya reboisasi tapi belum maksimal |
2 |
||
|
Aspek
Ekonomi |
Kesulitan
akses permodalan terkait bencana kekeringan |
1 |
1.4 |
|
Kemampuan
masyarakat dalam menciptakan usaha selain pertanian dan perkebunan masih
kurang |
2 |
||
|
banyak
yang berprofesi sebagai buruh tani atau perkebunan |
1 |
||
|
Sudah
ditinggalkannya lumbung pangan desa |
1 |
||
|
BUMDES
belum berjalan maksimal |
2 |
||
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
Rata-Rata |
|
1.25 |
|
|
|
Tingkat
Kapasitas |
|
Rendah |
3. Analisis
Aancaman Angin Kencng
Analisis Ancaman
Analisis
Ancaman |
|
Identifikasi Ancaman |
skor |
Skor Rata-rata |
Jenis
Ancaman |
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
|
|
Angin Kencang |
Probabilitas dan Penyebab |
Berdasarkan
pengalaman dalam kurun waktu 10 tahun terakhir kemungkinan terjadinya angin
putting beliung di desa bagik manis tinggi |
3 |
2,75 |
Perubahan
iklim |
3 |
|||
Letak
geografis desa yang berdekatan dengan laut |
3 |
|||
kulture
desa yang berbukit-bukit |
2 |
|||
Frekuensi
dan Intensitas |
Frekuensi
terjadinya angin putting beliung didesa bagik manis hampir setiap tahun
dengan kerusakan terparah pada tahun 2015 |
3 |
3 |
|
Intensitas
angin putting beliung tergolong tinggi karena merusak pemukiman,lahan
pertanian dan lahan perkebunan |
3 |
|||
Dampak
dan luasan dampak |
Merusak pemukiman: dusun bagik luar 3 unit rusak berat, dusun bagik
lauq 10 unit rusak ringan,bagik dalam 7 unit rusak ringan,bagik daya 1 unit
rusak berat, 8 unit rusak ringan dan dusun bagik tengak 5 unit rusak ringan |
3 |
3 |
|
Merusak
tanaman pertanian dan perkebunan: Jagung 200 Ha, jambu mente 100 Ha, dan
mangga 500 pohon |
3 |
|||
Kerugian |
Total
kerugian akibat angin putting beliung sebesar Rp. 5.435.500.000 dengan
rincian |
3 |
|
|
Rumah:
dsn bagik luar Rp. 150.000.000 |
3 |
3 |
||
dsn bagik lauq Rp.
200.000.000 |
||||
dsn bagik dalem Rp.
140.000.000 |
||||
dsn bagik daya Rp.
210.000.000 |
||||
dsn bagik tengak
Rp.100.000.000 |
||||
Tanaman:
Jagung Rp. 2.960.000.000 |
||||
Jambu mente Rp.
1.500.000.000 |
||||
Mangga Rp. 175.500.000 |
||||
|
|
RATA-RATA |
|
2,93 |
|
|
TINGKAT
ANCAMAN |
|
Tinggi |
Analisis
Kerentanan
Jenis Ancaman |
Identifikasi Kerentanan |
Skor |
Skor
Rata-rata |
|
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
|||
Angin Kencang |
Aspek Fisik |
Keadaan bangunan perumahan |
|
2,3 |
Permanen 250 Unit |
2 |
|||
Semi permanen 241 Unit |
2 |
|||
Rumah serba guna 227 Unit |
3 |
|||
|
|
|||
Aspek Sosial |
Bergotong royong membersihkan puing-puing rumah |
2 |
2,2 |
|
Sosialisasi tentang bencana angin putting beliung |
2 |
|||
Rambu-rambu evakuasi |
3 |
|||
|
Wabah penyakit |
2 |
||
|
|
|
||
Aspek
SDA |
Pohon-pohon besar dipemukiman |
2 |
2,6 |
|
Letak
wilayah didataran tinggi dan dekat daerah pantai |
3 |
|||
Kulture
desa yang berbukit-bukit |
3 |
|||
Letak
lahan sawah dan ladang didataran tinggi |
3 |
|||
Perubahan
iklim |
2 |
|||
Aspek
ekonomi |
Bantuan
dari swadaya masyarakat |
2 |
1,5 |
|
Adanya
alternatif lain untuk tambahan ekonomi |
1 |
|||
|
RATA_RATA |
|
2,1 |
|
|
TINGKAT
KAPASITAS |
|
RENDAH |
|
Analisis
Kapasitas
ANALISIS KAPASITAS |
|
Idenditifikasi Kapasitas |
Skor |
Skor
Rata-rata |
Jenis Ancaman |
Aspek penilaian |
Kondisi wilayah |
|
|
Angin Kencang |
Aspek Fisik |
Letak Wilayah berada didataran tinggi atau didaerah perbukitan |
1 |
|
|
|
|
||
|
|
Model perumahan yang jaraknya agak renggang |
1 |
1,28 |
|
|
Rata-rata bangunan rumah permanen |
2 |
|
|
|
|
|
|
|
Aspek Sosial |
Tingkat gotong royong pasca bencana masih rendah |
1 |
1 |
|
|
Respon Pemdes terhadap bencana cukup tinggi tetapi perdes belum ada |
1 |
|
|
|
Belum dibangun kerjasama dengan pihak luar dalam mengatasi masalah
putting beliung |
1 |
|
|
|
Belum terbentuknya TSBD |
1 |
|
|
Aspek SDA |
Kondisi
wilayah yang berbukit |
3 |
2,8 |
|
Adanya
perubahan iklim |
3 |
||
|
Banyaknya
rumah yang berada dibawah pohon-pohon besar |
2 |
||
|
Aspek Ekonomi |
Masyarakat
belum terbiasa dengan tabungan siaga bencana |
2 |
1 |
|
Bantuan
dari pihak luar masih terbatas |
1 |
||
|
Sumber
pendapatan masyarakat masih tergantung dari hasil pertanian dan perkebunan |
1 |
||
|
Akses
permodalan terbatas atau bumdes belum berjalan secara maksimal |
1 |
||
|
|
RATA-RATA |
|
1.5 |
|
|
TINGKAT KAPASITAS |
|
Rendah |
|
Lampiran 3
SKETSA
LOKASI BENCANA DESA BAGIK MANIS
Lampiran 4
Photo
kegiatan Kajian DRA desa Bagik Manis
Lampiran daftar Hadir
Kegiatan Desa Bagik Manis
Komentar
Posting Komentar